Sabtu 20 Feb 2016 10:46 WIB

Jimly: LGBT Itu Penyakit Harus Diobati, Bukan Dibenci

Komunitas LGBT menggelar aksi di Bundaran HI, Jakarta, Ahad (17/5).
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Komunitas LGBT menggelar aksi di Bundaran HI, Jakarta, Ahad (17/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie ikut menanggapi merebaknya gerakan kelompok pendukung lesbian, gay, biseksual, dan transgender. Menurut Jimly, kelompok LGBT susah diakui di Indonesia.

Itu lantaran mereka menderita penyakit fisik dan psikis, sehingga harus diobati. Kendati begitu, Jimly mengimbau kepada masyarakat untuk tidak memusuhi kelompok LGBT.

"LGBT itu penyakit, harus diobati, bukan dibenci atau dimusuhi," katanya melalui akun Twitter, ‏@JimlyAs.

Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) tersebut menilai, penganut LGBT itu terjangkit karena faktor lingkungan. Meski begitu, ia tidak memungkiri ada yang bawaan sejak lahir. "Sakit rohani, mental-psikis  dan fisik ada yang akibat prgaulan, tapi ada juga bawaan takdir," kata Jimly.

Sementara itu, mantan sekretaris kabinet era SBY, Dipo Alam mendukung langkah Wapres Jusuf Kalla untuk menolak bantuan UNDP sebesar Rp 108 miliar untuk kampanye pelegalan LGBT di Indonesia. "Saya setuju dengan Pak JK tolak bantuan UNDP mengenai LGBT," ujarnya melalui akun ‏@dipoalam49.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement