Senin 15 Feb 2016 18:52 WIB

'Fogging Hanya Mampu Membunuh Nyamuk Dewasa'

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Yudha Manggala P Putra
Petugas melakukan pengasapan (fogging) guna memberantas nyamuk penyebab demam berdarah di Kebon Sirih, Jakarta, Senin (8/2).  (Republika/Yasin Habibi)
Petugas melakukan pengasapan (fogging) guna memberantas nyamuk penyebab demam berdarah di Kebon Sirih, Jakarta, Senin (8/2). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wabah demam berdarah dengue (DBD) di Jakarta terus menunjukkan peningkatan selama musim penghujan ini. Sejak memasuki 2016 hingga pertengahan Februari, jumlah pasien pengidap DBD di seluruh wilayah ibu kota yang tercatat sudah lebih dari seribu kasus.

Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat, Dewi Satiasari mengatakan, masyarakat harus aktif terlibat dalam upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di lingkungan tempat tinggal mereka masing-masing. Menurutnya, cara tersebut jauh lebih efektif untuk menekan wabah DBD dibandingkan dengan melakukan penyemprotan (fogging).

"Fogging hanya mampu membunuh nyamuk dewasa, tetapi tidak bisa membasmi jentik-jentiknya," ujar Dewi kepada Republika, Senin (15/2).

Dijelaskannya, penyemprotan secara terus-menerus dapat menyebabkan resistensi (kekebalan) pada nyamuk aedes sebagai vektor (pembawa) wabah DBD. Oleh karena itu, ia mengingatkan masyarakat untuk tidak sekadar mengandalkan fogging yang dilakukan petugas kesehatan setempat.

"Masyarakat mesti aktif melakukan PSN di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka," ucap Dewi.

Ia menuturkan, untuk mengatasi DBD, masyarakat harus melakukan PSN di lingkungan yang rentan menjadi sarang nyamuk aedees. Mulai dari rumah sendiri, sekolah, tempat-tempat umum, sarana olahraga, tempat makan, perkantoran, serta institusi kesehatan semisal puskesmas dan rumah sakit.

"Warga juga bisa menerapkan juru pemantau jentik (jumantik) mandiri di kawasan tempat tinggal mereka dan mengaktifkan jumantik cilik di sekolah-sekolah untuk melakukan PSN," kata Dewi lagi.

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta sebelumnya memaparkan data mengenai jumlah pasien DBD di seluruh wilayah Jakarta dari Januari hingga 12 Februari 2016 yang mencapai 1.337 kasus. Dari angka tersebut, Jakarta Selatan menempati urutan teratas sebanyak 389 kasus.

Selanjutnya, Jakarta Timur berada di urutan kedua dengan 382 kasus. Posisi berikutnya disusul oleh Jakarta Barat sebanyak 245 kasus, Jakarta Utara 213 kasus, dan Jakarta Pusat 108 kasus.

Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta‎, Koesmadi Priharto mengungkapkan, pasien DBD terbanyak di Jakarta Selatan berasal dari Kecamatan Pasar Minggu (68 kasus), Kebayoran Lama (61 kasus), dan Jagakarsa (49 kasus).

Jumlah pasien DBD terbanyak di Jakarta Timur berasal dari Kecamatan Duren Sawit (77 kasus), Pulo Gadung (52 kasus), dan Kramat Jati (48 kasus). Untuk Jakarta Barat, kasus DBD tertinggi berada di Kecamatan Cengkareng (84 kasus), Grogol Petamburan (47 kasus), dan Kalideres (35 kasus).

Selanjutnya, kasus DBD tertinggi di Jakarta Utara terdapat di Kecamatan Koja (49 kasus), Cilincing (46 kasus), dan Tanjung Priok (32 kasus). "Sementara, untuk Jakarta Pusat jumlah pasien DBD tertinggi ada di Kecamatan Sawah Besar sebanyak 20 kasus, disusul Kemayoran dan Johar Baru masing-masing 18 kasus," tutur Koesmadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement