REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) berpendapat para pelaku kekerasan seksual terhadap anak biasanya melakukan pendekatan terlebih dulu dengan korbannya. Berdasarkan pengalaman empirik, kebanyakan para predator seksual anak mengenal korbannya. “Pelaku tidak serta merta muncul dengan sendirinya. Ada pendekatan khusus,” kata Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait saat dihubungi Republika.co.id, Senin (8/2).
Pelaku biasanya mengenal dan mengiming-imingi sesuatu yang disukai korban. Tak jarang, pelaku juga melakukan pendekatan dengan orang tua korban. Karena itu, Arist meminta orang tua memberikan perhatian ekstra pada perkembangan anak.
Tidak hanya ketika berada di rumah, tapi juga di lingkungan bermainnya, di sekolah, dan di mana pun anak berada. “Masyarakat dan guru juga harus memberi perhatian ekstra terhadap anak-anak,” kata dia.
Sejak Januari hingga Februari 2016, Komnas PA telah mendapat 30 laporan kasus kekerasan seksual terhadap anak. Angka tersebut belum termasuk kasus pelanggaran terhadap hak anak yang lainnya.
(Baca Juga: Cegah Penculikan Anak dengan Lakukan Pola Pengasuhan Positif ke Anak).
Seperti diberitakan sebelumnya, penculikan anak di bawah umur, diketahui dan dilaporkan ke Polsek Beji Polresta Depok pada Sabtu (6/2). Pelaporan dilakukan oleh kakak korban, Neneng Nur Hamidah.
Setelah dilakukan penyelidikan, polisi mengetahui keberadaan tersangka. Polisi pun menangkap dan menggeledah pelaku di rumahnya. Namun sayangnya, korban berinisial JM (7) telah dalam keadaan meninggal dunia di kamar mandi. Pelaku, Januar Arifin alias Begeng (35) saat ini sudah diamankan dan dalam pemeriksaan.
(Baca Juga: Ibu Korban Terus Tangisi Anaknya yang Tewas Diculik).