Senin 08 Feb 2016 00:11 WIB

Kusrin, Dukungan Istri, Hingga Jadi Bintang Iklan

Muhammad Kusrin.
Foto: Ist
Muhammad Kusrin.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Erik Purnama Putra/Wartawan Republika

Nama Muhammad Kusrin (42 tahun), warga Dusun Jatikuwung, Desa Wonosari, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar, Jawa Tengah, belakangan ini terus menjadi perbincangan publik. Itu tidak lepas dari sosoknya yang dikenal sebagai perakit televisi, meski hanya lulusan sekolah dasar (SD).

Terangkatnya Kusrin, bermula dari kasus hukum yang menjeratnya pada 17 Maret 2015, karena memproduksi televisi rekondisi. Sebanyak 116 unit televisi rakitannya disita polisi.

Kusrin yang memanfaatkan tabung bekas komputer, dijerat Undang-Undang (UU) Perdagangan, UU Perindustrian, dan UU Perlindungan Konsumen, dengan ancaman lima tahun penjara. Pada Desember 2015, pengadilan memvonisnya enam bulan dengan masa percobaan satu tahun penjara, serta denda Rp 2,5 juta. Dampaknya, semua televisi yang belum sempat dijualnya dimusnahkan Kejari Karanganyar pada 11 Januari lalu.

Kabar itu sampai Presiden Jokowi, dan Kusrin diundang ke Istana Merdeka, 25 Januari 2016. untuk bertemu dengan orang nomor satu di Indonesia tersebut. Saat bertemu, Jokowi memberikan apresiasi kepada Kusrin, dengan pemberian modal usaha yang tidak disebutkan jumlahnya. Sebelumnya, pada 19 Januari 2016, ia menerima SNI dari Menteri Perindustrian Saleh Husin untuk usaha perakitannya itu.

Meski begitu, ia tidak merasa dunia seolah kiamat. Ketegarannya itu didapat berkat dukungan luar biasa dari sosok istri bernama Siti Aminah (43). Siti mengaku, suaminya tidak merasa kecewa atau dendam, meski sudah diperlakukan tidak adil oleh aparat. Dia merasa, suaminya sudah menjalani masa-masa itu dengan tabah dan tidak lagi mau mengingatnya lagi.

"Saya cuma mendampingi setiap ada masalah. Tetap mendampingi Bapak yang tidak putus asa, ini konsekuensi kita bersama," ujarnya kepada Republika di Jakarta, akhir pekan kemarin.

Siti mengaku, ketika polisi mendatangi kediamannya hingga harus mengikuti proses persidangan, ia tidak pernah merasa takut menjalani semua itu. Menurut dia, apa yang dialami suaminya itu merupakan sebuah takdir yang harus dijalani.

"Sudah biasa, tidak masalah TV di sita, uang habis, sebelumnya juga uang modal pernah habis tahun 2011, iya ikhlas," tutur Siti.

Kehidupan penuh liku yang dialaminya bersama Kusrin, membuat Siti terbiasa mengalami berbagai cobaan. Dia ingat, ketika merintis pembuatan televisi dari layar bekas komputer itu, uang hasil penjualan malah dibawa kabur rekanan suaminya. "Bapak dulu kerjanya di ruangnya, uangnya dihabiskan orang lapangan. Tahun 2012, mulai dari awal lagi dengan modal pinjam dari suadara-saudara," kata Siti.

Kala itu, sambung dia, tidak pernah terbersit penyesalan dalam diri Kusrin. Siti pun akhirnya bertekad untuk selalu mendampingi dan mendukung suaminya agar bisnis yang ditekuninya itu bisa membuahkan hasil lebih baik ketimbang sebelumnya.

"Mulai 2012, awal lagi, saya dan Bapak thok (saja). Bapak malam buat TV, saya yang bersihin. Pagi kita bersama-sama menjual, saya bersama-sama Bapak."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement