REPUBLIKA.CO.ID, KUALA PEMBUANG -- Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, Mansyur Ibrahim menyebutkan, jumlah penduduk di Seruyan mengalami penurunan akibat pemutusan hubungan kerja atau PHK yang terjadi di beberapa perusahaan di wilayahnya.
"Jumlah penduduk kita berkurang karena banyak yang pindah setelah diberhentikan oleh perusahaan tempat mereka bekerja," kata Mansyur di Kuala Pembuang, Selasa (2/2).
Ia merinci, pada 2014 penduduk yang berkurang sebanyak 1.000 jiwa dan pada 2015 jumlah penduduk yang berkurang mengalami peningkatan, yakni lebih dari 2.000 jiwa. Mereka ini pada umumnya tenaga kerja di perusahaan perkebunan kelapa sawit yang berasal dari Jawa.
"Setelah di-PHK ada yang pulang ke tempat asalnya, namun ada pula yang memilih pindah ke daerah lain yang masih memiliki banyak peluang pekerjaan, seperti Kalimantan Utara," katanya.
Menurut dia, pengurangan jumlah penduduk yang didominasi tenaga kerja perusahaan dapat terus terjadi seiring dengan kondisi ekonomi global yang kian labil. "Situasi tersebut membuat perusahaan harus melakukan perampingan untuk mengimbangi tingginya biaya operasional," katanya.
Ia menjelaskan, meskipun penduduk di "Bumi Gawi Hatantiring" yang terdata lebih dari 177.571 jiwa telah mengalami pengurangan, namun peningkatan jumlah penduduk justru bisa lebih besar karena tidak terdatanya para pendatang yang bekerja di perusahaan. "Peningkatan jumlah penduduk Seruyan sebenarnya cukup tinggi, namun tidak terdata karena saat datang mereka tidak mengurus surat pindah dari daerah asal ke daerah yang baru," katanya.
Selain itu, banyak tenaga kerja perusahaan yang tidak terdata karena rekruitmen dilakukan langsung oleh perusahaan di tempat tenaga kerja tersebut berasal. Saat kontrak kerja habis, perusahaan tidak mengembalikan mereka ke tempat asalnya. Akhirnya mereka menetap dan membuka usaha baru di desa sekitar perusahaan tanpa terdata.