REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus yang membelit anggota Komisi III DPR Masinton Pasaribu adalah sebuah pelajaran agar para legislator lebih berhati-hati dalam bersikap. Para wakil rakyat harus menjaga perilakunya.
"Menimbulkan tanda tanya, seorang anggota DPR dan perempuan di tengah malam. Apalagi kemudian muncul persoalan," kata pengamat politik Jeirry Sumampow kepada Republika.co.id, kemarin.
Tidak menutup kemungkinan kasus ini dipolitisir. Namun, kata dia, istilah dipolitisir di sini tidak bisa dikategorikan negatif. Justru Masinton harus memberikan klarifikasi. Faktanya, ada tindakan kriminal dalam peristiwa itu. Siapapun pelakunya, entah Masinton atau staf ahlinya Abraham Leo Tanditasik, serta apakah peristiwa tersebut disengaja atau tidak, itu persoalan lain.
Sebagai publik figur, Masinton akan menyedot perhatian publik, khususnya media. Menurut Jeirry, tidak penting apakah persoalan ini dipolitisir atau tidak. "Tapi lebih baik jika persoalan ini dijelaskan secara terbuka ketimbang berkutat dipolitisir atau tidak. Ini punya nilai berita tinggi. Politikus harus jaga sikap dan perilaku," jelas Jeirry.
Seandainya kasus ini memang dipolitisasi, maka itu bukan sesuatu yang aneh, negatif, atau dilarang. Pasalnya, Masinton sendiri adalah seorang politikus. Jeirry menyebut kasus tersebut mencuat ke publik karena Masinton tidak menjaga perilakunya.
Apapun alasannya, kata Jeirry, seorang politikus menjemput perempuan (entah itu asisten pribadi atau tenaga ahlinya) di sebuah kafe pada malam hari bukanlah hal wajar. Apalagi sampai terjadi persoalan.
"Kalaupun seandainya ini kriminal biasa, pasti akan mendapat perhatian publik. Apalagi kemungkinan untuk dipolitisir dan diangkat ke permukaan menjadi besar sekali," ujar Jeirry.