Jumat 29 Jan 2016 04:40 WIB

Kemenkes Instruksikan Daerah Cegah DBD

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Winda Destiana Putri
Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Moeloek.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Moeloek.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Menteri Kesehatan, Nila F Moeloek melalui surat pemberitahuan menginstruksikan seluruh dinas kesehatan masing-masing daerah di Indonesia untuk mengambil langkah-langkah pencegahan demam berdarah. Hal ini untuk memutus rantai perkembangbiakan nyamuk pembawa virus demam berdarah, Aedes aegypti.

“Petugas pelayanan kesehatan di rumah sakit dan Puskesmas khususnya harus memberikan penanganan cepat pada kasus penyakit ini," ujarnya di Denpasar, Kamis (28/1).

Nyamuk demam berdarah, kata Nila sangat menyukai tempat-tempat berupa genangan air. Masyarakat pun diimbau waspada dan memerhatikan lingkungan tempat tinggalnya, khususnya rumah sendiri. Kegiatan 3M, yaitu menguras, menutup  dan mengubur atau menimbun tempat penampungan air harus dilakukan untuk memberantas sarang nyamuk.

Kementerian Kesehatan mencatat sejauh ini kasus demam berdarah paling banyak di wilayah Gorontalo, Bulukumba dan Luwu Utara di Sulawesi Selatan, Sangkep di Nusa Tenggara Barat, dan Dharmasraya di Sumatra Barat. Peranan anggota keluarga, kata Nila yang juga sebagai Juru Pemantau Jentik (Jumantik) setidaknya mengurangi risiko penyakit tersebut.

Pemerintah Kota Denpasar menaruh perhatian serius pada ancaman demam berdarah. Perekrutan kader Jumantik berbasis banjar (RT/RW) diharapkan berperan menyadarkan masyarakat akan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat. Jumantik bertugas memantau jentik ke rumah-rumah penduduk.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar, Ni Luh Putu Sri Armini mengatakan Kota Denpasar saat ini memiliki setidaknya 450 kader Jumantik berbasis banjar.

Selain memantau jentik nyamuk, kader juga bertugas membagikan obat pembasmi jentik nyamuk, memetakan pengasapan (fogging), dan kegiatan pembersihan sarang nyamuk, salah satunya dengan pengasapan massal menggunakan mesin ultra low violet (ULV) di seluruh kelurahan Kota Denpasar.

"Dalam dua tahun terakhir, tren jumlah penderita demam berdarah di Denpasar terus menurun," ujarnya.

Jumlah kasus demam berdarah di Bali mencapai 1.873 kasus pada 2014 dan berkurang menjadi 1.574 kasus pada 2015. Kegiatan pencegahan demam berdarah di Denpasar, kata Armini sudah rutin dilakukan sejak akhir tahun lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement