REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Rutgers WPF Indonesia yang merupakan pusat keahlian bidang kesehatan reproduksi, seksual, dan penanggulangan kekerasan berbasis gender dan seksualitas melakukan riset mengenai berbagai motif yang mendorong penggunaan alat Keluarga Berencana (KB) di kalangan laki-laki. Hasilnya, hanya 4,6 persen laki-laki di Indonesia yang mau menggunakan alat kontrasepsi.
Ini merupakan representasi dari penelitian yang dilakukandi Yogyakarta dan Lampung sepanjang 2015. Perwakilan Rutgers WPF Indonesia, Rinaldi Ridwan menyebutkan penelitian ini bertujuan untuk mendorong lebih banyak laki-laki menggunakan alat kontrasepsi. Meskipun program KB di Indonesia sudah terbilang sukses, namun angka kematian ibu di negara ini salah satu tertinggi di Asia Tenggara.
"Salah satu gap yang kami temukan adalah perlunya pelibatan laki-laki secara masif ke dalam program KB," katanya dalam International Conference on Family Planning (ICFP) 2016 di Nusa Dua, Rabu (27/1).
Temuan di lapangan menunjukkan upaya mendorong tersedianya akses KB bagi laki-laki membutuhkan dukungan luas. Dukungan ini juga perlu terintegrasi, mulai dari pemerintah daerah, swasta, lembaga swadaya masyarakat, dan komunitas.
Laki-laki yang terlibat aktif dalam program KB, mulai dari pemeriksaan kehamilan, persalinan, hingga pengasuhan anak akan cenderung tidak melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Hal ini berkontribusi pada meningkatnya kesehatan ibu dan anak. KB yang inklusif, kata Rinaldi adalah KB yang mempromosikan pelibatan laki-laki, khususnya suami.
Tenaga kesehatan, seperti dokter, bidan, dan penyuluh memegang peranan strategis dalam menjangkau pasangan suami istri.
Pemerintah penting membekali tenaga kesehatan laki-laki dengan alat yang terstruktur. Rutgers WPF Indonesia membuat modul khusus tenaga kesehatan agar lebih sensitif terhadap kebutuhan laki-laki dan mampu mendeteksi jika ada tanda-tanda kekerasan dalam rumah tangga.
(baca: 5 Alasan Nikah Dini Bahayakan Kesehatan)