Selasa 26 Jan 2016 19:14 WIB

Saksi: Ustaz Ba'asyir tak Terlibat Pelatihan Militer di Aceh

Ustaz Abu Bakar Baasyir
Ustaz Abu Bakar Baasyir

REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Tiga terpidana kasus terorisme yang diajukan sebagai saksi dalam sidang peninjauan kembali (PK) kasus Abu Bakar Ba'asyir menyatakan bahwa pemimpin Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) itu tidak terlibat dalam pelatihan militer di Aceh.

"Tidak pernah dikaitkan dengan beliau (Ba'asyir)," kata saksi Qomaruddin alias Abu Musa alias Mustaqim alias Abu Yusuf alias Hafshoh saat memberi kesaksian dalam sidang di Ruang Wijayakusuma, Pengadilan Negeri Cilacap, Jawa Tengah, Selasa (26/1).

Sidang lanjutan PK yang diajukan terpidana kasus terorisme Abu Bakar Ba'asyir dipimpin majelis hakim yang diketuai Nyoto Hindaryanto serta beranggotakan Zulkarnaen dan Akhmad Budiman. Lebih lanjut, Qomaruddin mengaku ditunjuk sebagai koordinator latihan militer di Pegunungan Janto, Aceh, oleh almarhum Dulmatin.

Bahkan, kata dia, Dulmatin sama sekali tidak pernah menyebut nama Abu Bakar Ba'asyir terlibat dalam pelatihan militer itu. Dengan demikian, lanjut dia, yang memerintah atau perencana latihan militer adalah Dulmatin, bukan Ba'asyir.

"Setahu saya, status beliau (Ba'asyir) dimintai sumbangan, bukan sengaja menyumbang. Setahu saya, beliau selalu menyumbang untuk kegiatan kemanusiaan dan pesantren," kata terpidana kasus pelatihan militer di Aceh yang divonis 10 tahun penjara itu.

Dia mengakui jika pernah diajukan sebagai saksi saat sidang Ba'asyir di PN Jakarta Selatan namun saat itu, kesaksian tersebut disampaikan melalui teleconferensi dari Markas Kepolisian Daerah Metro Jaya.

Menurut dia, pelatihan militer di Aceh sama sekali tidak ditujukan untuk menyerang kepolisian ataupun menggulingkan negara melainkan untuk jaga diri terhadap kemungkinan adanya serangan seperti pembantaian terhadap umat Islam di Poso dan Maluku.

"Warga sekitar juga tidak merasa terteror. Bahkan, saat kami dikepung aparat, kami diberi makan oleh warga," katanya.

Kendati demikian, dia mengaku pernah berkirim surat untuk minta dukungan doa kepada Ba'asyir pascapengepungan lokasi latihan militer oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror. Menurut dia, surat tersebut dititipkan kepada salah seorang peserta latihan yang hendak pulang ke Solo, Jateng.

Akan tetapi, dia mengaku tidak tahu apakah surat tersebut sampai atau tidak sampai di tangan Ba'asyir. "Saya tulis surat kepada beliau karena beliau sudah sepuh dengan harapan doanya diijabah oleh Allah SWT," katanya.

Saksi lainnya, Abdullah Sonata alias Arman Kristianto juga mengatakan bahwa Ba'asyir tidak terlibat dalam latihan militer di Aceh. Bahkan saat bertemu dengan pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Aceh, kata dia, nama Ba'asyir juga tidak pernah disebut-sebut terkait dengan pelatihan tersebut.

"Tidak pernah disebut-sebut," kata dia yang divonis 10 tahun penjara karena terbukti sebagai pemasok senjata untuk pelatihan militer di Aceh itu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement