REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Ada yang berbeda dalam kunjungan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan saat mencanangkan antikekerasan atau sekolah aman di SMAN 8 Tangerang Selatan, Banten, Senin (25/1).
"Izinkan saya selfie. Ada yang bawa tongsis (tongkat narsis)?" tanyanya di hadapan puluhan siswa SD, SMP, dan SMA yang hadir dalam acara tersebut.
Namun, tak seorang pun siswa yang membawa tongsis. Alhasil, Anies tetap berswafoto ria dengan puluhan siswa tanpa bantuan tongsis. Bahkan ia sendiri yang memegang ponsel saat berswafoto.
Berbeda dengan menteri-menteri lainnya, berfoto bersama dengan suasana lebih akrab seakan menjadi ritual wajib dalam setiap acara kunjungan Mendikbud ke-26 itu. Jika Mendikbud periode sebelumnya pasif dan hanya menanti aba-aba untuk foto bersama, menteri bernama lengkap Anies Rasyid Baswedan itu justru sebaliknya dan tak segan-segan mengajak para hadirin berfoto bersama.
Dalam pencanangan gerakan antikekerasan itu, terdapat tiga komponen pendekatan penanganan kekerasan pada anak di sekolah, yakni penanggulangan, pemberian sanksi, dan pencegahan. Pada tahap penanggulangan, mengharuskan sekolah, guru, dan pemerintah secara sigap dan tertata melakukan segala langkah penanggulangan terhadap tindak kekerasan yang telah dan sedang terjadi.
Kemudian pada tahap pemberian sanksi, regulasi yang dibuat dengan tegas mencantumkan sanksi untuk pelaku tindak kekerasan atau pelaku pembiaran tindak kekerasan. Pada tahap pencegahan, mengharuskan sekolah, guru dan pemerintah daerah menyusun langkah pencegahan tindak kekerasan, termasuk penyusunan prosedur antikekerasan dan pembuatan kanal pelaporan.