Senin 25 Jan 2016 17:38 WIB

Bale Tau, Tempat Belajar dan Berbagi

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Friska Yolanda
Anak-anak membaca di perpustakaan Bale Tau, Desa Batukaras, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran.
Foto: Fuji EP/Republika
Anak-anak membaca di perpustakaan Bale Tau, Desa Batukaras, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran.

REPUBLIKA.CO.ID, Bale Tau merupakan tempat belajar dan berkumpul bagi siapa saja yang ingin saling berbagi. Bale Tau kerap dijadikan tempat berdiskusi masyarakat sekitar untuk membuat dan mengekspresikan ide-ide kreatif mereka. Tak hanya itu itu, di tempat ini juga ada jadwal rutin untuk anak-anak yang ingin belajar Bahasa Inggris.

Bale Tau terletak di tengah perkebunan, tepat di samping Sungai Cijulang dan tidak jauh dari Pantai Batukaras. Bale Tau terletak di Dusun Sanghyangkalang, Desa Batukaras, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran. Untuk sampai ke rumah kayu Bale Tau, anak-anak harus melewati jalan setapak di tengah perkebunan.

Saat sampai di rumah kayu Bale Tau, pengunjung seperti sedang berada di belahan dunia lain. Suasananya sejuk dan tenang karena rimbun dan jauh dari bisingnya kota. 

Di Bale Tau, ada banyak hal yang membuat anak-anak senang belajar. Di sana ada perpustakaan mini yang buku-bukunya sebagian besar dikhususkan untuk anak-anak. Tidak hanya itu, ada cukup banyak permainan untuk anak-anak. Seperti hulahop, berbagai macam bola dan banyak lagi permainan yang dapat merangsang pertumbuhan dan kreativitas anak.

Selain bermain dan belajar, anak-anak juga diajarkan untuk menjaga lingkungan. Sebab, lokasi tempat tinggal mereka berada dekat dengan area wisata. Sehingga, mereka perlu dibekali pengetahuan untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih.

Setiap Selasa, anak-anak dari berbagai usia berdatangan ke rumah kayu Bale Tau. Tepat pukul 14.00 WIB, mereka belajar Bahasa Inggris dan belajar tentang bagaimana menjaga lingkungan. 

Kegiatan belajar ini berlangsung selam kurang lebih dua jam. Usai belajar, anak-anak biasanya tidak langsung pulang. Sebagian ada yang bermain dan membaca buku di perpustakaan.

Setiap Rabu, ada jadwal belajar Bahasa Inggris untuk orang-orang dewasa. Kegiatan belajar dan mengajar dimulai pada pukul 18.00 sampai 20.00 WIB. Kemudian, setiap Sabtu pukul 14.00 sampai 16.00 WIB, jadwalnya anak-anak di bawah umur belajar soal lingkungan dan Bahasa Inggris.

Pendiri Bale Tau Chani Leahong (37 tahun) berasal dari London, Inggris. Ia mengajari anak-anak Bahasa Inggris bersama temannya yang ikut menetap di rumah kayu Bale Tau. 

Tidak hanya turis asing yang mengajari anak-anak di sana. Ia juga menjalin hubungan dengan beberapa sekolah dan komunitas. Di waktu-waktu tertentu, guru-guru dan teman komunitasnya kerap ikut membantu mengajari anak-anak banyak hal.

Ada sekitar 10 sampai 60 anak-anak yang rutin belajar bahasa Inggris dan lingkungan setiap Selasa dan Sabtu. Ditambah, ada sekitar 20 orang dewasa yang juga kerap ikut belajar bahasa Inggris setiap Rabu. Tapi, jika sedang ada acara, semuanya berkumpul di Bale Tau.

Selain belajar bahasa Inggris, anak-anak juga harus belajar tentang lingkungan. Chani mengungkapkan, hal ini agar anak-anak tahu apa yang harus dilakukannya untuk masa depan. “Banyak masalah yang harus mereka temukan solusinya, salah satunya masalah pengelolaan sampah yang baik,” kata Chani saat ditemui di lokasi, Ahad (24/1).

Sebab, tempat wisata akan rusak jika sistem pengelolaan sampahnya tidak baik. Maka, untuk membuat masyarakat sadar lingkungan dan mengetahui betapa bahayanya sampah plastik, harus dimulai dari pendidikan. Salah satunya pendidikan tentang lingkungan.

Menurut Chani, apa yang dilakukannya hanyalah hal-hal kecil. Seperti bersih-bersih pantai, mengajari anak-anak tentang lingkungan dan mensosialisasikan kepada para pengunjung tempat wisata untuk ikut menjaga kebersihan pantai. “Namun, apabila hal-hal kecil ini dilakukan oleh banyak orang di mana-mana, maka akan menjadi hal besar dan berdampak besar,” ujar Chani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement