Ahad 24 Jan 2016 17:10 WIB

Seni Budaya Badud Pangandaran, Hiburan Rakyat yang Semakin Tergerus Masa

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Friska Yolanda
Topeng Badud
Foto:
Dalang Badud

Warga Dusun Margajaya menyebut dirinya warga kampung rukun sawargi. Artinya, semua warga kampung bersaudara karena satu kerabat. Haer menuturkan, kesenian Badud yang lahir pada 1868 diciptakan oleh dua tokoh masyarakat.

Penciptanya bernama Aki Ijot dan Aki Ardasim. Seiring berjalannya waktu, kesenian ini terus dilestarikan dan turun temurun diajarkan. Sampailah pada generasi buyut Ki Imong. Kemudian, keturunan keluarga buyut Ki Imong inilah yang sampai saat ini mewarisi kemampuan untuk memainkan seni tradisional Badud.

Haer yang kini mendapat kepercayaan menjadi dalang Badud dari pendahulunya mengaku khawatir tidak ada penerus seni tradisi Kampung Badud. Dia menilai, generasi muda sekarang sudah kurang tertarik dan tidak minat pada kesenian tradisional.

Salah satu pemain badud yang paling muda saat ini berusia 40 tahun, namanya Rozi. Sebagai upaya pelestarian kesenian badud, Haer dan Rozi beserta teman-temannya mengajak anak-anak muda untuk ikut latihan rutin di balai dusun. “Upaya ini dilakukan agar seni Badud jangan sampai punah," ujar Haer.

Warga Kampung Badud, disamping memiliki tantangan untuk tetap melestarikan seni budaya tradisi asli daerahnya, juga harus tetap menjalani hidup kesehariannya. Mata pencaharian warga Kampung Badud, bertani dan berkebun.

Mereka yang bertani menanam padi. Mereka yang berkebun rata-rata menjual buah kelapa. Di waktu-waktu tertentu juga menjual kayu dan buah-buahan yang tumbuh di kebun. Hampir semua warga Kampung Badud tidak pergi keluar daerah untuk bekerja di perantauan.

Dikatakan Haer, keadaan ini membuat sebagian besar masyarakat mengandalkan beras bantuan dari pemerintah. Sebab, di area Kampung Badud hanya bisa menanam padi saat musim penghujan saja. Hal ini karena letak Kampung Badud berada di atas perbukitan.

Dalam kondisi dan keadaan seperti itu, masyarakat Kampung Badud tengah berjuang melestarikan kebudayaan tradisi mereka. Para pemain badud dari Kampung Badud yang pernah tampil di acara-acara besar di kota besar memiliki keinginan kuat untuk melestarikan. Pengalaman inilah yang menjadi salah satu motivasi mereka untuk tetap menghidupkan kesenian badud.

“Hidup di dunia seni bukan untuk uang tapi saya menyukai seni karena bisa senang dan menghibur masyarakat,” kata Abah Karsodi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement