REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ketua Umum Serikat Pedagang Pasar Indonesia Burhan Saidi menduga, kenaikan harga daging sapi dan ayam terjadi karena ada permainan dari para spekulan. Para pemasok dinilai sengaja menahan suplai untuk mengambil untung dari penerapan pajak pertambahan nilai (PPN) impor ternak 10 persen kecuali sapi indukan.
"Kebijakan tersebut membuat celah bagi spekulan untuk menahan pasokan ke pasaran," kata Burhan kepada Republika, Ahad (24/1).
Burhan menjelaskan, para pemasok yang sudah membeli sapi potong atau sudah memotong sapi sebelum aturan PPN ternak diberlakukan, sengaja menahan pasokannya hingga penerapan PPN diberlakukan pada 8 Januari 2015.
Dengan begitu, kata dia, pemasok mendapat untung lebih karena harga daging yang mereka jual akan lebih tinggi dengan alasan dikenakan PPN. Padahal, mereka membeli atau mengimpor sapi tersebut belum dikenakan PPN.
"Harga jadi semakin mahal di tingkat pedagang. Itulah alasan akhirnya pedagang banyak yang melakukan aksi mogok," ujar dia.
Pada Jumat (22/1), pemerintah sudah sepakat mencabut Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 267 Tahun 2015 yang mengatur mengenai pungutan PPN impor ternak terkecuali untuk sapi indukan.
Burhan mengatakan, harga daging tidak akan otomatis turun meski pemerintah sudah mencabut peraturan tersebut. Pasalnya, daging-daging yang sudah dikenai PPN 10 persen, sudah beredar di pasaran hingga ke level pedagang.
"Harga tidak serta merta bisa turun, karena sudah terlanjur naik akibat permainan dari para spekulan," ucap dia. Menurut dia, harga daging sapi di Jabodetabek saat ini sekitar Rp 130 ribu per kg.