Rabu 20 Jan 2016 07:25 WIB

Video Game: Hiburan, Konspirasi, dan Terorisme

Red: M Akbar
Seorang wanita memberikan penghormatan untuk korban serangan Paris di depan Bataclan konser, Rabu 25 November, 2015, di Paris.
Foto:

Mengejutkannya, ribuan bahkan jutaan dari kaum ini mengaku merasakan de ja vu. Gamer di seluruh dunia hingga saat ini tengah mengutarakan kecurigaan mereka terhadap kemungkinan konspirasi yang ada dalam Battlefield 3, sebuah game kelas AAA yang dikembangkan Dice dan dipublikasikan oleh Electronic Arts.

Game yang dirilis akhir tahun 2011 tersebut menuai banyak tanya dan kecurigaan, namun bukan tanpa alasan. Salah satu misi (level) yang terdapat dalam game tersebut berkisah mengenai bagaimana 3 orang agen Rusia mencoba memburu sekelompok teroris yang berbasis di Timur Tengah yang mencoba meledakkan nuklir di tengah kota Paris.

Namun pada akhirnya gagal menghentikan ledakan tersebut. Penembakan di jalan-jalan Paris memakan banyak korban yang berupa aparat keamanan, Paris dipenuhi radiasi, gedung-gedung rata dengan tanah, 80.000 jiwa terenggut.

Skala pengeboman dan jumlah korban jiwa memang terlihat sangat kontras dari kenyataan, namun ada satu hal lagi yang memperkuat dugaan masyarakat akan adanya konspirasi dalam game shooter tersebut.

Tanggal pengeboman dalam game tersebut adalah 13 November, cukup dekat dengan kejadian aslinya.Terkait pesan terselubung dalam game-game populer, Battlefield 3 bukanlah satu-satunya game yang menyiarkan propaganda perang dunia.

Pesaingnya, Call of Duty, telah merilis lebih banyak seri game peperangan yang menyematkan propaganda mengenai korupnya pemerintahan, skema terorisme, dan hal terkait politik serta spionase lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement