Rabu 20 Jan 2016 07:25 WIB

Video Game: Hiburan, Konspirasi, dan Terorisme

Red: M Akbar
Seorang wanita memberikan penghormatan untuk korban serangan Paris di depan Bataclan konser, Rabu 25 November, 2015, di Paris.
Foto: AP
Seorang wanita memberikan penghormatan untuk korban serangan Paris di depan Bataclan konser, Rabu 25 November, 2015, di Paris.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Reza Aditya (gammer Indonesia)

Sebelum Anda menuduh penulis adalah seorang "anti-video game", penulis sendiri merupakan seorang gamer yang masih aktif sejak 2000. Tulisan ini tidak mengandung konten yang membias dan tidak menyudutkan satu pihak. Pembaca dimohon untuk berpikiran terbuka dan tidak menyerang pihak lain.

Tragedi Paris bisa dibilang sudah tidak relevan lagi mengingat banyaknya tren dan berita baru dengan topik yang lebih 'seksi' berlalu-lalang di internet. Namun, lukanya tak cepat padam.

Banyak yang masih berduka serta bersimpati mengenai jatuhnya korban di Paris tahun lalu. Terlihat dari masih adanya akun yang menggunakan filter bendera Perancis pada profile picture, entah itu karena masih tersisa trauma atau terlalu malas untuk mengganti penampang profilnya.

Trennya mungkin sudah lewat. Namun bukan berarti telah dilupakan dan hilang dari muka dunia, apalagi dari internet. Sekali terpampang di internet, maka hal tersebut akan tetap tersimpan di sana tragedi Paris bukan pengecualian.

Masukkan keyword Paris dan Google akan memberikan ribuan sugesti terkait peristiwa pengeboman dan penembakan yang terjadi beberapa bulan lalu di kota romantis tersebut. Jutaan orang menyampaikan belasungkawa dan kepeduliannya terhadap korban yang berjatuhan, begitu pula blame terhadap Muslim in general. Tapi apakah hanya Muslim yang mendapat kecurigaan atas semua ini?

Tak ada yang menduga peristiwa tersebut akan terjadi. Tak ada yang menyangka bahwa Paris akan terkena aksi terorisme, or is it? Bagaimana jika skema tersebut telah diprediksi kurang-lebih 4 tahun ke belakang?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement