Senin 18 Jan 2016 00:06 WIB

Jabar Kekurangan 2.500 Tempat Tidur Rumah Sakit

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Nur Aini
Sejumlah pasien menunggu kedatangan dokter untuk pemeriksaan rutin pagi hari di ruang rawat inap rumah sakit (ilustrasi)
Sejumlah pasien menunggu kedatangan dokter untuk pemeriksaan rutin pagi hari di ruang rawat inap rumah sakit (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Keberadaan rumah sakit di Jawa Barat dinilai sudah mencukupi. Namun yang masih menjadi permasalahan adalah kurangnya ribuan tempat tidur rawat inap (bed) di rumah sakit.

Kepala Dinas Kesehatan Jabar, Alma Lucyati, menjelaskan, jumlah rumah sakit (RS) di Jabar saat ini mencapai 311 unit RS, baik RS negeri maupun swasta. Dia menilai, jumlah rumah sakit tersebut sudah cukup untuk melayani masyarakat di Jabar.

''(Yang menjadi masalah) kita masih kekurangan sekitar 2.500 tempat tidur (rawat inap),'' ujar Kepala Dinas Kesehatan Jabar, Alma Lucyati, saat ditemui usai meresmikan RS Permata Cirebon, Ahad (17/1).

Alma menyatakan, kurangnya tempat tidur rawat inap itu menunjukkan penyebaran rumah sakit tidak merata di semua kabupaten/kota. Dia menyatakan, ada rumah sakit yang menumpuk di suatu daerah.

Hal itu seperti yang terjadi di Kabupaten Cirebon. Di daerah tersebut, masih kekurangan rumah sakit pemerintah. Saat ini, hanya ada dua RSUD di Kabupaten Cirebon, yakni RSUD Waled dan RSUD Arjawinangun.

''Kalau RS swasta sih ada 19 RS dan itu sudah cukup. Hanya RS pemerintahnya yang masih kurang, harus ditambah,'' kata Sofyan.

Sofyan menambahkan, idealnya, RSUD di Kabupaten Cirebon harus ditambah empat lagi, yaitu RSUD di wilayah utara, selatan, timur dan barat. RSUD yang dibutuhkan untuk ditambah pun bertipe D dan C.

Namun, untuk mewujudkan itu, dibutuhkan anggaran yang tidak sedikit. Selain itu, diperlukan juga perencanaan yang matang dan infrastruktur yang memadai.

Sofyan mengungkapkan, kurangnya jumlah RSUD tipe C dan D akan berdampak pada pelayanan BPJS. Selama ini, aturan rujukan BPJS dari fasilitas kesehatan dasar semestinya ke rumah sakit tipe D terlebih dulu.

''Nah karena rumah sakit tipe D dan C nya kurang, maka rujukan langsung dilakukan ke rumah sakit tipe B. Jadi cost-nya lebih besar,'' tandas Sofyan, didampingi Kabid Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, Dwi Sudarni.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement