Senin 31 Aug 2020 19:16 WIB

Bulan Depan, Beban Rumah Sakit Bisa Semakin Serius

Pasien rujukan Covid-19 harus menunggu lama sebelum dapat tempat tidur.

Seorang tenaga kesehatan memakai alat pelindung diri. Saat ini keterisian rumah sakit oleh pasien terpapar Covid-19 rata-rata mencapai 70 persen.
Foto: ANTARA/RAISAN AL FARISI
Seorang tenaga kesehatan memakai alat pelindung diri. Saat ini keterisian rumah sakit oleh pasien terpapar Covid-19 rata-rata mencapai 70 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Mimi Kartika, Febrian Fachri, Silvy Dian Setiawan, Dessy Suciati Saputri

Hari ini Indonesia mendapatkan tambahan 2.743 kasus konfirmasi positif Covid-19. Dari total temuan kasus per Senin (31/8), Provinsi DKI Jakarta kembali menyumbang angka tertinggi kasus Covid-19 yang mencapai 1.049 orang.

Tingginya kasus Covid-19 di Tanah Air beberapa hari terakhir dibarengi dengan tingginya angka keterisian rumah sakit oleh pasien virus corona jenis baru itu.

Ketua Satuan Tugas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zubairi Djoerban mengatakan, saat ini keterisian rumah sakit oleh pasien terpapar Covid-19 rata-rata mencapai 70 persen. Ia memperingatkan pemerintah terhadap beban rumah sakit rujukan untuk merawat pasien Covid-19 pada bulan depan yang semakin serius.

"Kapasitas rumah sakit sekarang mulai penuh, tetapi akan menjadi lebih serius lagi untuk sebulan lagi," ujar Zubairi saat dihubungi Republika.co.id, Senin (31/8).

Ia mengatakan, 70 persen itu ada yang benar-benar masih tersedia 30 persen atau bahkan kapasitas rumah sakit juga sudah terisi hingga 90 persen. Saat pasien mendapat rujukan, pasien harus menunggu cukup lama hingga mendapatkan tempat tidur di rumah sakit.

Menurut dia, ketersediaan informasi terhadap keterisian rumah sakit masih minimal. Bahkan tak jarang, pasien harus beberapa kali dirujuk ke rumah sakit yang berbeda untuk mencari tempat tidur kosong di unit perawatan intensif (ICU).

"Masih juga harus menghubungi beberapa tempat, jadi memang maunya kita langsung ada dibuat tabel," kata dia

Menurut dia, saat terjadi peningkatan penambahan kasus harian positif Covid-19, perlu diikuti juga dengan penambahan kapasitas di rumah sakit. Ia juga mendorong agar pemerintah menambah jumlah rumah sakit rujukan, tempat tidur di ICU, hingga ventilator.

"Artinya memerlukan bed tambahan, memerlukan rumah sakit rujukan tambahan. Dulu kan 59 (rs rujukan) sekarang ada 60-an, tapi masih belum cukup sekarang ini. Apalagi untuk sebulan ke depan, jelas akan terus meningkat," kata Zubairi.

Di samping itu, Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Kuntjoro Adi Purjanto meyakini satuan tugas penanganan Covid-19 di pusat maupun daerah masing-masing berupaya menambah kapasitas dan fasilitas rumah sakit. Akan tetapi, yang menjadi kendala adalah sistem informasi rumah sakit rujukan.

"Covid-19 ini perawatannya tidak ada yang sebentar, lama-lama, jadi kadang-kadang mungkin jumlahmya relatif hampir sama peningkatannya, tetapi tidak keluar-keluar pasiennya," kata dia saat dihubungi Republika.

Menurut Kuntjoro, ada beberapa daerah tertentu justru rumah sakitnya tidak penuh. Misalnya, sistem rujukan paling puncak tidak penuh, tetapi yang penuh di jaringan-jaringan di bawahnya.

Namun, rumah sakit di daerah lainnya berpotensi terisi penuh karena yang masih adanya pasien yang dirawat. Kuntjoro meyakini, terjadi upaya penambahan kapasitas, fasilitas rumah sakit, dan jaminan keselamatan petugas kesehatan, terutama untuk menampung pasien Covid-19 bergejala sedang dan berat.

"Rumah sakitnya repot, tenaga kesehatannya lelah, nanti ada lagi yang tertular," tutur dia.

Wakil Ketua Penanggulangan Covid-19 Rumah Sakit Achmad Muchtar (RASM) Bukittinggi Dokter Dedi Herman mengatakan kapasitas ruang isolasi pasien covid di RSAM sudah penuh. Kapasitas ruang isolasi pasien covid di RSAM hanya sanggup menampung 40-an pasien. Sekarang mereka merawat 41 orang pasien positif covid.

"Saat ini penuh. Ada 41 pasien (Covid-19) yang sedang kami rawat. Dan kemungkinan akan ada tambahan lagi hari ini," kata Dokter Dedi.

Tim penanggulangan Covid-19 RSAM kata Dedi sudah berbicara kepada pihak manajemen rumah sakit untuk meminta persetujuan penambahan ruang isolasi pasien Covid-19. Rencananya mereka akan memakai ruang isolasi penyakit paru non Covid-19 menjadi ruang isolasi paru Covid-19. Sementara pasien paru non Covid-19 akan dialihkan ke ruangan lain yang memungkinkan dan aman dari penularan Covid-19.

Dedi mengatakan dengan penambahan yang sudah disetujui direktur rumah sakit, RSAM akan dapat menampung 50-60 pasien positif Covid-19. "Nanti kalau kembali terjadi outbreak, kita akan pikirkan lagi jalan keluarnya," ucap Dokter Dedi.

RSAM merupakan salah satu RS rujukan covid di Sumbar. Mereka merawat pasien Covid dari Kota Bukittinggi, Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, Kota Payakumbuh, Kota Pariaman dan Kabupaten Lima Puluh Kota dan beberapa daerah lainnya.

Dokter Dedi menyebut mereka juga akan siap membuka ruang atau menambah kapasitas bila rumah sakit rujukan lain seperti RSUP M Djamil dan RSUD Rasyidin Padang juga penuh. RSAM memiliki 3 orang dokter spesialis paru dan puluhan perawat untuk penanganan Covid-19. Ia berharap dengan lonjakan kasus positif ini, tidak ada tim medis yang tumbang karena akan berdampak serius pada pengendalian dan penanganan Covid-19. "Mohon doakan kami agar aman-aman saja," kata Dokter Dedi menambahkan.

Dari Yogyakarta, kasus terkonfirmasi positif Covid-19 masih terus menunjukkan tren kenaikan yang cukup tinggi. Bahkan, pada 30 Agustus 2020 ada tambahan 24 kasus baru. Walaupun kenaikan kasus masih terus terjadi, penggunaan tempat tidur (bed) isolasi di rumah sakit rujukan penanganan Covid-19 hanya mencapai 173. Sedangkan, tempat tidur yang disediakan untuk penanganan Covid-19 sebesar 360.

Artinya, tempat tidur isolasi yang sudah terpakai baru mencapai 48 persen. "Bed yang terpakai ada 173 bed dengan rincian 22 bed untuk critical dan 151 bed untuk non critical," kata Juru Bicara Penanganan Covid-19 untuk DIY, Berty Murtiningsih, Ahad (30/8).

Dengan begitu, tempat tidur isolasi yang tersisa hingga saat ini mencapai 187 atau 52 persen. Berty menjelaskan, 187 tempat tidur yang belum terpakai ini terdiri dari 17 tempat tidur kritis dan 170 tempat tidur non kritis.

Jika dibandingkan dengan angka kasus positif saat ini, alasan tempat tidur isolasi belum banyak terpakai karena tidak semua kasus ditangani di rumah sakit rujukan penanganan Covid-19. Terutama bagi kasus yang merupakan Orang Tanpa Gejala (OTG).

OTG ini sebagian besarnya diisolasi di rumah sakit lapangan dan shelter yang sudah disiapkan di tiap kabupaten dan kota di Yogyakarta. Seperti rumah sakit lapangan yang ada di Kabupaten Bantul dan Asrama Haji di Kabupaten Sleman.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyebut terdapat sembilan daerah yang memiliki kasus aktif lebih dari 1.000. Sedangkan 93 kabupaten/kota lainnya atau sekitar 18 persen daerah tak ditemukan kasus aktif.

Di posisi pertama yakni Kota Semarang yang tercatat memiliki kasus aktif sebanyak 2.317 dan disusul oleh Jakarta Pusat dengan kasus aktif sebanyak 1.916. “Kota Medan 1.432, Kota Surabaya 1.355, Jakarta Selatan 1.338, Jakarta Timur 1.327,” ujar Wiku.

Selanjutnya ada Jakarta Utara yang sebanyak 1.276 kasus aktif, Kota Makassar memiliki kasus aktif sebanyak 1.209, dan Jakarta Barat dengan 1.135 kasus aktif.

Wiku menegaskan agar pemerintah daerah setempat memperhatikan kasus aktif yang ada di daerahnya. Selain itu, masyarakat juga dimintanya agar meningkatkan kewaspadaan dengan menjalankan secara ketat protokol kesehatan sehingga dapat menurunkan penularan kasus yang lebih tinggi.

“Kasus-kasus aktif tinggi yang di atas seribu ini perlu menjadi perhatian untuk para pimpinan daerah dan petugas kesehatan tentunya serta seluruh anggota masyarakat agar betul-betul mengantisipasi ini dan mendorong agar kasus-kasus tersebut sembuh sehingga keadaannya menjadi lebih baik,” jelasnya.

photo
10 Daerah Zona Merah Empat Pekan Berturut-turut - (Data Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement