Sabtu 16 Jan 2016 01:05 WIB

Ini Perjuangan Prajurit di Pos Terpencil

Pasukan TNI penjaga perbatasan Indonesia
Foto: antara
Pasukan TNI penjaga perbatasan Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam melaksanakan tugas sebagai penjaga perbatasan RI-Papua Nugini, cukup banyak berbagai hambatan rintangan yang dihadapi di lapangan, apalagi bagi mereka prajurit Yonif Raider 411/Pandawa Kostrad Pos Bewan Baru yang berada di tapal batas daerah pedalaman dan terpencil.

Pos terpencil sering disebut dengan pos udara, yaitu pos yang bergantung pada dukungan transportasi udara dalam mendorong logistik dan evakuasi personel yang sakit.

 

"Karena mobilitas helikopter yang tinggi untuk mendukung pendorongan logistik dan evakuasi di banyak tempat di Papua Sektor Utara ini, kami harus mampu bertahan apabila terjadi keterlambatan dalam pendorongan logistik, namun kami tidak habis akal, kami segera menyarankan ke Komando atas untuk mendorong logistik kami ke Kampung terdekat yaitu Kampung Kibay melalui jalur darat yang dapat ditempuh berjalan kaki selama 3-4 jam," ujar Danpos Bewan Baru Letda Inf Sukirno dalam siaran pers, Jumat (15/1).

 

Sungai dengan arus yang deras dan medan di hutan yang licin cukup berbahaya harus mereka lalui demi bertahan hidup, bahkan mereka rela menggotong menggunakan tandu apabila ada salah satu rekannya yang sakit hingga ke titik penjemputan ambulans di Kampung Kibay.

Mereka menyusuri lebatnya hutan belantara dan tingkat kerawanan yang tinggi, yakni hujan deras, pohon tumbang, tanah licin, terjal dan juga ancaman kelompok pengacau keamanan yang setiap saat dapat mengancam keselamatan.

 

Walau beratnya medan yang harus mereka lalui, prajurit yang tinggal di Pos Bewan Baru Satgas Pamtas Yonif Raider 411/Pandawa Kostrad tetap mengutamakan kewaspadaan dan keamanan dalam setiap kegiatannya dimanapun mereka berada sesuai dengan prosedur tetap dan perintah dari Komando Atas.

 

Kegiatan yang mereka lakukan untuk menjaga semangat antara lain bercocok tanam di sekitar pos. Meskipun harus bertahan hidup dengan keterbatasan, mereka selalu semangat dan gembira dalam mengemban tugas. Sukirno mengatakan mereka tidak rela kehilangan sejengkal tanah ibu pertiwi seperti contoh Timor Timur yang sekarang menjadi negara Timor Leste.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement