REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi layaknya sebuah film ‘action’ dipertontonkan saat terjadi serangan teror di kawasan Sarinah, Jalan Thamrin, Jakarta, Kamis (14/1). Bom meledak, adu tembak, korban meninggal bersimbah darah, orang menenteng senjata terjadi ketika jam padat di wilayah perkantoran Jakarta.
Serangan yang mengakibatkan tujuh orang meninggal dunia dan puluhan lainnya terluka ini menjadi pukulan bagi keamanan nasional. Terlebih, lokasi kejadian hanya berjarak kurang dari 1 kilometer obyek paling vital di negeri ini, Istana Presiden dan Wakil Presiden.
Benarkah intelijen kecolongan atas serangan ini?
Ketua Komisi I DPR RI, Mahfudz Siddiq menilai kalau memang Badan Intelijen Negara (BIN) tidak menangkap indikasi serangan yang diduga dilakukan dengan rencana matang ini berarti badan intelijen memang kecolongan. Dalam rekaman video amatir yang beredar di media sosial, pelaku kelihatan sangat tenang melancarkan aksi. Menenteng senjata, di tengah kerumunan orang, lalu menembakkannya ke arah aparat kepolisian.
“Dilihat dari kejadian yang ada, nampak sekali aksi dilakukan oleh sekelompok orang bersenjata yang terlatih,” ujar Mahfudz, Kamis (14/1).
Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini sangat menyesalkan peristiwa teror yang terjadi. Dari kejadian yang berlangsung, imbuh Mahfudz, terlihat sasaran dari serangan adalah aparat kepolisian. Meskipun korban sipil juga ikut berjatuhan.