REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian Universitas Gadjah Mada Muhammad Najib Azca mengatakan insiden bom teroris di kawasan Sarinah Jalan Thamrin Jakarta Pusat, Kamis, merupakan momentum untuk melacak jejaring teroris di Indonesia.
"Ini kesempatan bagi aparat keamanan untuk melacak simpul jejaring teroris di Indonesia secara menyeluruh," kata Najib di Yogyakarta, Kamis.
Menurut Najib, pengusutan peristiwa bom Bali pada 2002, misalnya dapat menjadi preseden baik bagi kepolisian maupun intelijen melacak jejaring teroris. Melalui peristiwa bom Bali, pada kenyataannya sejumlah pentolan teroris dari Jamaah Islamiah (JI) justru dapat ikut tertangkap.
Demikian juga dalam peristiwa bom sarinah, menurut dia juga dapat terdeketsi peta aksi mereka sehingga seharusnya ditindaklanjuti dengan penelusuran siapa saja dalang di belakangnya. "Melalui peristiwa ini, simpul mereka seharusnya bisa diputus," kata dia.
Meski belum dapat dipastikan, menurut dia tidak menutup kemungkinan bahwa insiden ledakan bom tersebut memiliki keterkaitan dengan kasus terorisme di negara lainnya yang dominan dilakukan oleh ISIS.
"Apalagi Indonesia merupakan negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia yang secara terbuka menentang konflik di Timur Tengah," kata dia.
Oleh sebab itu, menurut Najib seharusnya intelijen negara lebih serius mendeteksi setiap potensi kekerasan atau aksi teror sebelum betul-betul menimbulkan korban. "melihat peristiwa ini, intelijen negara agar lebih proaktif lagi," kata dia.
Namun demikian, Najib berharap masyarakat tidak perlu mengumbar rasa takut berlebihan, meski tetap meningkatkan kewaspadaan. Rasa takut merupakan tujuan utama sebuah aksi teror dengan melukai satu dua orang atau membuat kerusakan di ruang publik.
"Meski berduka, tapi jangan tampak lemah. Dengan rasa takut berlebihan maka tujuan teror itu justru berhasil," kata Najib Azca.
Sebelumnya, Kabid Humas Polda Metro Jaya M Iqbal mengimbau kepada masyarakat untuk tidak panik karena situasi saat ini telah aman dan terkendali.
Pelaku yang berjumlah lima orang telah berhasil dilumpuhkan, masing-masing dua orang meninggal dunia akibat bom bunuh diri di dalam kafe dan pos polisi, sedangkan tiga lainnya meninggal dunia setelah baku tembak dengan polisi.
Akibat kejadian tersebut, dua orang warga sipil meninggal dunia, salah satunya diduga warga negara asing dan 17 lainnya luka-luka, termasuk lima anggota polisi.