Kamis 14 Jan 2016 18:05 WIB

PAN: Kami Bukan Penumpang Gelap

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Karta Raharja Ucu
 Presiden Joko Widodo bersama Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Ketua MPP PAN Soetrisno Bachir (kedua kiri), Sekjen PAN Eddy Soeparno (kiri) serta Ketua Umum Partai Hanura Wiranto (kanan), Jakarta, Rabu (2/9). (Antara/Yudhi Mahatma)
Foto: Antara/Yudhi Mahatma/ama
Presiden Joko Widodo bersama Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Ketua MPP PAN Soetrisno Bachir (kedua kiri), Sekjen PAN Eddy Soeparno (kiri) serta Ketua Umum Partai Hanura Wiranto (kanan), Jakarta, Rabu (2/9). (Antara/Yudhi Mahatma)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekjen PAN, Eddy Soeparno mengaku tidak ambil pusing jika partainya dianggap sebagai penumpang gelap saat memutuskan bergabung dengan pemerintah. PAN disebut-sebut akan mendapatkan jatah menteri jika terjadi perombakan kabinet.

Ia menyebut, isu penumpang gelap tersebut tidak cocok untuk PAN. "Kita tidak pernah merasa dianggap penumpang gelap. Karena kita akan menjadi salah satu Co-pilot dalam pembangunan," kata Eddy, di DPP PAN, Jakarta, Kamis (14/1).

Meski begitu, ia mengaku kecewa ada pihak yang bicara seperti itu. Karena, kata dia, PAN mencoba mengedapankan politik tanpa gaduh.

Walaupun, jika diminta oleh presiden untuk membantu pemerintah, PAN akan menerimanya, karena itu suatu kehormatan bagi partainya. ''Tapi kita tidak pernah mendesak apalagi mendikte,'' ucap dia.

Sehingga, Eddy menganggap sebutan penumpang gelap sebagai hal yang biasa. PAN pun menurut dia tidak terganggu serta tidak perlu merespon.

Ia menyatakan, komitmen sejak awal ketika PAN bergabung ditunjukan saat mendorong pemilihan pimpinan KPK terpilih sebelum akhir tahun. Selain itu juga ikut mendorong disahkannya APBN dan pembahasan legislasi penting untuk mendorong Tax Amnesty.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement