REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat merilis data angka kemiskinan di Jawa Barat. Hasilnya memperlihatkan peningkatan jumlah penduduk miskin di Jawa Barat.
Pengamat Ekonomi Universitas Pasundan Acuviarta Kartabi mengatakan untuk mengantisipasi semakin melonjaknya angka kemiskinan, pemerintah kota dan kabupaten di Jawa Barat harus saling berkoordinasi.
Mensosialisasikan kepada warganya bahwa tak selamanya kota menjadi sumber penghasilan. Melihat tingkat pengangguran di kota besar juga tidak kalah tinggi.
Hal terpenting menurutnya adalah pemerintah daerah harus bisa menjadikan wilayahbya sebagai basis yang produktif bukan konsumtif. Pemerintah daerah diharapkan bisa memanfaatkan dana desa yang sudah dianggarkan pemerintah pusat.
Pemerintah setempat bisa menggunakan dana desa untuk menggerakan ekonomi di pedesaan. Pedesaan bisa menjadi sentra produksi sesuai dengan wilayahnya.
"Sekarang ada dana desa yang harus bisa menjadikan desa lebih profuktif bukan konsumtif bisa menggerakan ekonomi pedesaan akan lebih banyak agar penduduknya tidak pindah ke kota. Paling utama secepatnya kita menggerakan roda perekonomian," kata Acuviarta kepada Republika, Ahad (10/1).
Dengan memperbanyak sentra produksi, ujar dia, tentunya akan menyerap banyak tenaga kerja. Di Jawa Barat bisa dikembangkan sentra produksi industri tekstil, pakaian jadi, mesin dan barang logam, serta industri fesyen. Tak hanya di desa tapi juga di kota-kota besar. Diharapkan dengan begitu masyarakat Jawa Barat bisa menjadi mandiri dan lebih baik taraf ekonominya.
Menurutnya peningkatan angka kemiskinan di perkotaan di Jawa Barat juga dikarenakan pandangan klasik masyarakat yang masih menganggap kota adalah tempat memperbaiki kehidupan.
Warga pedesaan banyak yang berpindah ke kota berharap mendapatkan pekerjaan lebih layak. Padahal permasalahan ekonomi di perkotaan juga sangat banyak.
"Faktor mobilitas penduduk demografi ada penduduk yang berpindah dari desa ke kota. Tentu alasannya karena ekonomi. Anggapan kota jauh lebih baik. Padahal sampai di kota mereka juga belum tentu dapat hidup lebih layak," tambah dia.
Penduduk pedesaan banyak yang berpindah mengingat tahun lalu kemarau panjang menyebabkan hasil pertanian di desa tidak terlalu menguntungkan. Para petani justru merugi besar.
Selain itu perekonomian Indonesia secara umum juga mengalami kelambatan tahun lalu. Ini tentunya berdampak pada perekonomian di daerah-daerah.
Sektor-sektor ekonomi di Jawa Barat seperti industri tekstil, perdagangan juga mengalami penurunan tajam.