REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Turunnya harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tidak berdampak pada tarif angkutan umum di Kota Bekasi. Penyebabnya, Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Bekasi menilai penurunan harga BBM itu tidak signifikan dan cenderung tidak berpengaruh pada operasional kendaraan angkutan.
"Masih tarif yang lama. Prinsipnya memang kita sepakat turun. Tapi yang kita pikirkan naik-turun tanpa kepastian kan gejolaknya lebih tinggi daripada nilai turunnya,"kata Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Bekasi Hotman Pane, Jumat (8/1).
Menurut Hotman, penurunan harga BBM yang hanya bersifat sementara ini cukup merepotkan pihaknya. Sebab, jika saat ini tarif angkutan diturunkan, nantinya pihaknya harus menaikkan lagi tarif ketika harga BBM kembali melambung. "Nanti BBM naik lagi harus penyesuaian lagi. Nanti kita dapat protes dari masyarakat,"katanya.
Hotman menjelaskan, pengaruh yang paling besar terhadap penurunan tarif angkutan adalah harga onderdil. Sebab, onderdil itu kebutuhan yang paling mendasar. "Kalaupun turun BBM nya, tapi sparepart tidak mengalami penurunan, sama saja tidak pengaruh,"imbuhnya.
Penurunan harga BBM, Hotman mengatakan lebih berpengaruh bila turunnya sekitar Rp 1.000 hingga Rp 2.000. "Sekarang kan cuma turun sekitar Rp 500. Tapi kalau turun Rp 1.000 atau Rp 2.000 kita kaji penurunan tarif. Kita juga akan minta pemerintah untuk menurunkan sparepart," tukasnya.
Per Januari 2016, selain menurunkan harga premium, pemerintah juga menurunkan harga bahan bakar solar menjadi Rp 5.950 per liter dari harga sebelumnya Rp 6.700 per liter.