REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL -- Pemilik angkutan umum di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, enggan menurunkan tarif angkutan umum. Padahal harga bahan bakar minyak turun. Mereka beralasan harga suku cadang masih tinggi.
Salah seorang kru angkutan Yogyakarta-Wonosari Sukijo di Gunung Kidul mengatakan, harga bahan bakar minyak (BBM) jenis solar sudah turun, namun harga suku cadang tidak ikut turun.
"BBM hanya turun Rp350, sulit jika harus diikuti penurunan tarip angkutan. Saat ini, harga suku cadang tetap tinggi, padahal kebutuhan ini yang menjadi beban berat angkutan umum," kata Sukijo, Kamis (7/1).
Ia mengatakan tarif pelajar dan penglaju Rp 5.000 sedang bagi penumpang umum lain diberlakukan tarip Rp 7.500/penumpang. "Kami tidak menyesuaikan karena memang keadaanya sulit," katanya.
Hal yang sama diungkapkan kru angkutan Wonosari-Nglipar Wardi bahwa tarif angkutan tidak berubah. "BBM memang turun, tetapi harga ban atau onderdil lain masih tetap tinggi," imbuhnya.
Dia mengatakan tarifnya tetap Rp5.000 per orang. Tidak berubahnya tarif angkutan, banyak dipertanyakan oleh calon penumpang angkutan umum. "Setelah dijelaskan penumpang akhirnya mau menerima," katanya.
Baca: Kemenhub Harap Pemda Sesuaikan Tarif Angkutan