Kamis 07 Jan 2016 18:01 WIB

Kemenkes Dorong Rakyat Miskin Kurangi Merokok

Rep: c39/ Red: Andi Nur Aminah
Kampanye stop merokok. (ilustrasi)
Foto: Antara/Zabur Karuru
Kampanye stop merokok. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Baik di perkotaan maupun diperdesaan, rokok berada di urutan kedua sebagai penyumbang terbesar garis kemiskinan. Karena itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mendorong masyarakat miskin untuk mengurangi merokok.

"Kita akan mendorong upaya-upaya untuk mengurangi merokok yang kita tahu dapat mengakibatkan sakit. Jadi itu memang salah satu upaya dalam berperilaku hidup sehat," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, Untung Suseno Sutarjo di Jakarta, Kamis (7/1).

Untung mengatakan, Kemenkes mempunyai harapan untuk dapat mengatasi hal ini. Kemenkes juga menyediakan klink-klinik agar masyarakat berhenti merokok, baik masyarakat miskin maupun masyarakat kaya.

"Baik orang miskin ataupun orang kaya sebenarnya sakitnya sama saja. Tidak hanya orang miskin, sebenarnya dua-duanya berbahaya. Cuman bedanya kalau orang miskin dia berobat jadi mahal," ujar Untung.

Menurut Untung, berdasarkan penelitian yang ada, masih banyak masyarakat yang lebih mementingkan rokok dari pada hidup sehat. Hal yang membuat miris adalah masyarakat cenderung mementingkan rokok dibandingkan daging, sehingga proteinnya menjadi kurang.  "Kalau dia sudah miskin, sakit, ya tambah miskin lagi nanti. Dia tidak bisa kerja, itu yang kita advokasikan," ujarnya. 

Setelah berhenti merokok, dia mengatakan, masyarakat harus mengutamakan uang sedikit yang didapatkannya tersebut untuk meningkatkan asupan gizinya dari pada membeli rokok. Namun dia menyanggah jika upaya ini untuk menghilangkan produksi rokok. "Itu sangat berbeda. Yang kita ingin supaya orang hidup lebih sehat," ujarnya.

Untung melanjutkan, salah satu program Kemenkes pada 2016 adalah Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga. Dengan cara ini. dia beharap cakupan lebih luas dan utamanya adalah mencegah dan meningkatkan kesehatan. 

Sebelumnya, Kepala Badan Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, rokok menjadi salah satu penyumbang terbesar yang membuat masyarakat tetap berada di garis kemiskinan. "Kalau saja tidak merokok, mungkin seseorang bisa memenuhi kebutuhan 2.100 kalori per hari sehingga bisa keluar dari kemiskinan," kata Suryamin.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement