REPUBLIKA.CO.ID, SAMPIT -- Ancaman gangguan satwa liar di Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah semakin meningkat. Hal ini membuat masyarakat mulai waswas. "Kalau sedang sendirian di kebun, kadang waswas juga takutnya tiba-tiba muncul orangutan. Takutnya orangutan itu kelaparan dan bisa menyerang," kata Suriansyah, warga Jalan Jenderal Sudirman, Sampit, Rabu (6/1).
Semakin berkurangnya kawasan hutan akibat pemanfaatan lahan, kebakaran lahan maupun penebangan liar, diduga menjadi penyebab makin banyak satwa liar yang turun ke permukiman warga. Selain orangutan, beruang juga kerap muncul ke kebun masyarakat dan permukiman untuk mencari makan.
Komandan Pos Jaga Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah (Kalteng) di Sampit Muriansyah membenarkan banyaknya laporan kemunculan satwa liar. Masyarakat melaporkan karena khawatir satwa tersebut menyerang warga dan merusak kebun warga.
Mulai Senin sampai hari ini Rabu (6/1), dia mengatakan sudah ada lima laporan yang masuk ke BKSDA Sampit. Gangguan terhadap orangutan itu terjadi di empat lokasi. Masing-masing di Desa Rawa Sari, Kecamatan Pulau Hanaut, Kotabesi dan dua lokasi di ruas jalan Lingkar Utara.
"Selain itu juga ada gangguan beruang madu di ruas jalan Lingkar Selatan dekat pemukiman," kata Muriansyah.
Sebelumnya BKSDA Sampit melakukan observasi lapangan terkait laporan kemunculan beruang madu. Namun beruang madu tersebut tidak ditemukan dan dan saat dicari di lokasi dekat permukiman serta hutan sudah tidak ada. Yang tersisa hanya semak belukar.
Dia mengatakan, observasi rencananya akan dilanjutkan ke kawasan Lingkar Utara. BKSDA mengimbau masyarakat berhati-hati saat beraktivitas di kebun dan ladang. Terutama di lingkar kota sebelah Utara dan Selatan, Sampit. Jika ada terlihat satwa liar, dia mengimbau masyarakat melaporkannya kepada BKSDA Sampit.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
