Selasa 05 Jan 2016 23:11 WIB

Harga Minyak Jeblok, Saatnya Genjot Eksplorasi

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Angga Indrawan
Kepala SKK Migas, Amin Sunaryadi memberikan keterangan kepada wartawan terkait refleksi 2015 dan proyeksi 2016 industri hulu di Jakarta, Selasa (5/1).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Kepala SKK Migas, Amin Sunaryadi memberikan keterangan kepada wartawan terkait refleksi 2015 dan proyeksi 2016 industri hulu di Jakarta, Selasa (5/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anjloknya harga minyak dunia di level 30 sampai 40 dolar AS per barel dianggap saat yang tepat untuk menggenjot kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi di industri hulu migas. Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Amien Sunaryadi mengungkapkan, harga minyak dunia yang rendah berdampak pada penurunan biaya jasa eksplorasi oleh service company. 

Artinya, kata dia, biaya untuk melakukan kegiatan eksplorasi juga lebih murah dibanding sebelumnya. Kondisi ini mendukung target pemerintah untuk menemukan cadangan minyak baru demi menambah produksi.

"Beberapa investor melihat harga service saat ini akan turun. Jadi sebagian dari mereka berpikir bahwa saat ini adalah saatnya lakukan eksplorasi. Sehingga saat harga membaik yang ditemukan sudah masuk produksi," ujar Amien saat memberikan keterangan pers di kantornya, Selasa (5/1).

Tak hanya itu, dengan rendahnya harga minyak dunia Amien juga mengingatkan kepada kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) untuk kelakuan penghematan dari sisi capital expenditure (capex) dan operational expenditure (opex) demi bertahan atas lesunya industri hulu migas. Bahkan, Amien meminta kepada KKKS untuk mereview ulang kegiatan proyek yang nilai keekonomiannya terpengaruh harga minyak dunia yang merosot. 

"Juga optimasi pemboran, review ulang kegiatan proyek yang keekonomiannya terpengaruh harga minyak. SKK Migas melihat dan membuat kebijakan yang membuat kapasitas nasional tentunya keberpihakan pada kapasitas nasional sangat perlu," ujar Amien. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement