Berdasarkan hasil analisis Puskesmas Sukaresik, mereka yang terkena masalah kesehatan jiwa dan gangguan jiwa rata-rata karena faktor ekonomi. Selain itu, masalah minimnya pendidikan menjadi faktor lainnya penyebab mudahnya masyarakat terkena gangguan kesehatan jiwa.

Dokter Neng Heni mengatakan, ada beberapa contoh kasus. Salah satunya ada pasangan suami istri hanya lulusan Sekolah Dasar (SD), bahkan ada juga yang tidak tamat SD. Setelah menikah, mereka mempunyai banyak anak. Penghasilan mereka tidak seberapa. Kemudian anak-anak mereka ingin sekolah tapi karena tidak ada biaya jadi tidak disekolahkan.

Sementara, tekanan dan tuntutan sosial terasa sangat berat. Dengan permasalahan yang sedemikan kompleks, kesehatan jiwa sang ayah, ibu mau pun anaknya bisa terganggu. Akibatnya, lama-kelamaan bisa terkena gangguan jiwa. "Awalnya ODMK dan dibiarkan tanpa pengobatan kemudian menjadi ODGJ," ujar Dokter Neng Heni.

Gangguan jiwa berat, dikatakan Dokter Neng Heni, biasanya mulai terdeteksi sejak usia muda. Di Kecamatan Sukaresik, ODMK dan ODGJ rata-rata diusia produktif. Mulai dari usia 20 tahun sampai 45 tahun. Biasanya dimulai dari pasangan muda menikah dan mempunyai anak.

Kemudian, pasangan muda tersebut tidak mempunyai penghasilan yang cukup. Mereka mulai cemas dan depresi. Menurut Dokter Neng Heni, jika cemas dan depresi tidak ditangani secara maksimal, maka akan mengakibatkan kesehatan jiwanya terganggu. Pada akhirnya terkena gangguan jiwa atau ODGJ.

Namun, tidak sedikit orang di Kecamatan Sukaresik yang percaya, ODMK dan ODGJ merupakan penyakit kiriman dari orang yang memiliki kekuatan supranatural (gunaguna). Kepercayaan ini membuat sejumlah masyarakat enggan membawa keluarganya yang kesehatan jiwanya terganggu ke Puskesmas.

Ikuti Whatsapp Channel Republika