Senin 28 Dec 2015 14:38 WIB

Peringati Setahun Tragedi, Keluarga Korban Air Asia Berkumpul di Surabaya

Rep: Andi Nurroni/ Red: Angga Indrawan
Suasana serah terima badan pesawat Airasia QZ8501 dari Basarnas ke Komite Nasional Keselamatan T?ransportasi (KNKT) di atas geladak Kapal Motor Pacitan, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (2/3). (Antara/Zabur Karuru)
Suasana serah terima badan pesawat Airasia QZ8501 dari Basarnas ke Komite Nasional Keselamatan T?ransportasi (KNKT) di atas geladak Kapal Motor Pacitan, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (2/3). (Antara/Zabur Karuru)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ratusan keluarga korban tragedi Air Asia QZ 8501 berkumpul di Surabaya, Senin (28/12). Mereka memperingati genap satu tahun jatuhnya Air Asia QZ 8501 rute Surabaya-Singapura yang menewaskan 262 penumpang dan kru.

Pertemuan yang difasilitasi pihak Air Asia tersebut dilangsungkan di Gedung Mahameru, Mapolda Jawa Timur. Setahun lalu, gedung tersebut juga dijadikan pusat informasi proses evakuasi korban.  

Pertemuan di antaranya dihadiri Presiden Direktur Air Asia Indonesia Sunu Widyatmoko serta Kepala Basarnas Marsekal Madya FH Bambang Sulistiyo. Dimulai pukul 12.00, pertemuan digelar tertutup untuk media.

Koordinator perhimpunan keluarga korban, Lukas menyampaikan, peringatan satu tahun tragedi Air Asia menjadi ajang silaturahim antarpihak keluarga untuk saling menguatkan. 

Selain itu, menurut Lukas, kesempatan tersebut juga dimanfaatkan keluarga korban untuk menyampaikan sejumlah aspirasi. Salah satu aspirasi yang paling mengemuka, menurut Lukas, adalah soal pengurusan dana kompensasi yang sepenuhnya belum terealisasi.

"Intinya kita menggharapkan pengurusan untuk keluarga cepat selesai, tapi dengan cara yang benar," ujar Lukas kepada wartawan di luar gedung pertemuan. 

Lukas menyampaikan, sejauh ini, pihak Air Asia bersikap kooperatif dalam penuntasan hak-hak keluarga korban. Ia pun mengapresiasi pihak Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang telah menjalankan fungsinya dengan baik.

"Mereka transparan dan independen. Maka merespons temuan KNKT dengan pernyataan sikap, di antaranya, kami menuntut pembenahan sistem keselamatan penerbangan di Indonesia," ujar Lukas. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement