REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA--Jatuhnya Air Asia QZ 8501 rute Surabaya-Singapura yang menewaskan 162 penumpang pada Desember 2014, menjadi salah satu sejarah kelam dunia penerbangan Indonesia.
Pihak Air Asia, selaku maskapai yang bertanggung jawab, menyebut telah berbenah agar hal serupa tidak terulang kembali.
Presiden Direktur Air Asia Indonesia Sunu Widyatmoko menyampaikan, peningkatan kualitas keselamatan yang mereka lakukan, sekaligus menjawab hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Sebelumnya, pihak KNKT menyatakan ada faktor kelalaian manusia dalam musibah tersebut.
"Kami berkomitemen untuk meningkatkan standar keselamatan kami ke tingkat yang paling baik dalam industri penerbangan. Dan semua laporan (investigasi) KNKT sudah kami implementasikan," ujar Sunu kepada wartawan dalam peringatan setahun tragedi QZ 8501 di Surabaya, Senin (28/12).
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya FH Bambang Sulistiyo menyampaikan tragedi QZ 8501 menjadi pelajaran penting bagi semua pihak.
"Kita semua belajar. Air Asia belajar, Basarnas belajar, pihak keluarga turut mengevaluasi (keselamatan penerbangan)," kata Bambang.
Secara khusus, Bambang mengapresiasi peringatan setahun tragedi QZ 8501 yang difasilitasi pihak Air Asia. Menurut dia, langkah tersebut berdampak positif terhadap upaya penyelesaian kasus tersebut.
"Karen tidak semua berani berhadapn dengan suatu kenyataan. Di sini perusahaan penerbangan yang mengalami kecelakaan, korban, para pencari (tim SAR), bertemu dalam konteks silaturahmi. Ini harus kita kembangkan," ujar Bambang.
Digelar di Gedung Mahameru, Mapolda Jawa Timur, lebih dari 350 anggota keluarga korban menghadiri kegiatan tersebut. Salah satu mata acara di dalamnya adalah doa bersama.