REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketetapan pemerintah untuk menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tidak berdampak pada tarif angkutan umum di Surabaya. Menurut Ketua Organisasi Angkutan Daerah Surabaya, Sunhaji Illaloh hal tersebut karena penurunan harga BBM tidak signifikan.
“Kami menyambut baik saja, meski ada penurunan itu tidak akan berimbas pada tarif angkutan umum,” kata Sunhaji kepada Republika.co.id di Surabaya, Senin (28/12).
Sebelumnya pemerintah melalui Mentri Energi dan Sumber Daya Mineral, Sudirman Said menetapkan menurunkan harga BBM pada 5 Januari mendatang. Penurunan terjadi untuk BBM jenis premium sebesar Rp 150 atau dari Rp 7.300 per liter menjadi Rp 7.150 per liter. Kendati demikian untuk wilayah Jawa Madura dan Bali ditambah Rp 100 menjadi Rp 7.250 per liter. Sementara untuk solar turun dari Rp 6.700 menjadi Rp 5.950 per liter.
Salah satu pertimbangan Organda Surabaya tidak menurunkan tarif kata Sunuaji karena mengingat harga suku cadang kendaraan yang naik dan susah dicari. ”Ada cost yang nambah, biaya perswatan itu juga perlu diperhitungkan,” tuturnya.
Saat ini tarif angkutan umum di Surabaya untuk jarak hingga 15 kilometer sebesar Rp 4.000. Lebih dari itu, per kilometernya penumpang akan dikenakan tarif tambahan sebesar Rp 200. Kendati demikian diakui Sunhaji praktek di lapangan banyak sopir yang justru meningkatkan tarif menjadi Rp 4.500. Hal itu terjadi beberapa bulan belakangan ini. Meski demikian, kata dia, hal itu wajar apalagi dengan meningkatnya kebutuhan-kebutuhan pokok.
“Ekonomi melemah juga pengaruh, lagi pula masyarakat tidak komplen. Mereka mengerti,” tuturnya.
Sementara itu, April (29 tahun), salah satu warga Surabaya menyambut baik adanya penurunan harga BBM. Kendati tak terlampau tinggi, tetapi menurutnya akan berpengaruh besar terutama menekan pengeluaran sehari-hari. Meski demikian ia menyayangkan tarif angkutan yang tak ikut turun. Padahal di Surabaya, angkutan umum menjadi salah satu transportasi andalan masyarakat.