REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalimantan Barat memetakan potensi bencana yang kemungkinan bisa terjadi sewaktu-waktu pada beberapa daerah di Kalbar, khususnya untuk kabupaten Kapuas Hulu.
"Dalam peta rawan bencana kabupaten itu disebutkan titik-titik daerah rawan di setiap kecamatan. Salah satunya seperti yang dimiliki Kabupaten Kapuas Hulu," kata Nyarong di Pontianak, Sabtu (26/12).
Dia mengatakan, untuk Kapuas Hulu, terdapat 84 titik rawan banjir. Titik-titik itu tersebar di Putussibau Utara 12 Titik, Putussibau Selatan (11), Embaloh Hulu (7), Batang Lupar (1), Badau (1), Bika (8), Kalis (2), Embaloh Hilir (6), Bunut Hilir (7), Boyan Tanjung (2), Jongkong (6), Selimbau (5), Suhait (1), Semitau (4), Silat Hilir (7), dan Silat Hulu 8 titik.
Nyarong menjelaskan, pemetaan daerah rawan bencana tersebut dilakukan pihaknya sebagaimana yang diatur undang undang yakni kewenangan dalam membuat peta rawan bencana. Selain itu juga ada kewajiban kinerja yang indikatornya berupa potensi rawan bencana dan indeks risiko bencana.
"Semua kabupaten kota rawan bencana berarti ada potensi terjadinya bencana. Risiko juga ada misalnya seperti asap kemarin berisiko menimbulkan korban jiwa dan menghambat perekonomian," tuturnya.
Terkait hal tersebut, pihaknya mengimbau kepada pemerintah Kabupaten untuk menerapkan status siaga bencana, guna menghindari korban di daerah.
"Gubernur Kalbar, sudah mengeluarkan SK tentang penetapan status siaga darurat penanganan bencana banjir, puting beliung, dan tanah longsor. Diharapkan, Pemkab Kabupaten bisa menindaklanjuti SK tersebut dengan menyiapkan diri dalam mengantisipasi bencana tersebut," katanya.
Dia menjelaskan, dalam SK tersebut, status siaga darurat itu diberlakukan dari 7 Desember 2015 hingga 30 April 2016.
"Untuk Satgas komando siaga darurat ini melibatkan Forkompinda dan satuan kerja perangkat daerah. Penetapan status siaga ini berdasarkan SK Gubernur Nomor 822/BPBD/2015 dengan mempertimbangkan prediksi cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Supadio Pontianak," tuturnya.
Diperkirakan wilayah Kalbar memasuki musim hujan mulai November 2015 dan puncaknya diperkirakan terjadi pada Februari 2016. Puncak curah hujan itu diprediksi berpeluang terjadi bencana banjir, puting beliung, dan tanah longsor.