REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Konsumsi beras masyarakat Kota Bandung masih tergolong tinggi. Dalam satu hari kebutuhan beras mencapai 700 ton.
Namun, kebutuhan beras yang tinggi ini berbanding terbalik dengan ketersediaan lahan di Kota Bandung. Hal itu disebabkan semakin menyusutnya lahan pertanian yang berubah menjadi pemukiman atau kawasan komersial.
Wakil Wali Kota Bandung Oded M Danial mengatakan ketersediaan lahan pangan harus menjadi perhatian khusus. Ini menjadi peringatan untuk terus mengontrol lahan di Kota Bandung guna meningkatkan ketahanan pangan.
"Saya instruksikan kepada dinas terkait untuk memanfaatkan lahan pangan yang dimiliki Kota Bandung dengan luas 32,8 hektar, agar terjadi peningkatan pangan pada tahun 2016," kata Oded dalam acara sidang tahunan Dewan Ketahanan Pangan (DKP) Kota Bandung di Hotel Serela, Kota Bandung, Rabu (23/12).
Berdasarkan data dari Badan Ketahanan Pangan Jawa Barat, Kota Bandung menjadi salah satu dari empat daerah kabupaten/kota yang termasuk dalam daerah rawan pangan selain Kabupaten Purwakarta, Kota Tasikmalaya dan Sukabumi.
Menurut Oded, untuk mengantisipasi rawan pangan perlu juga menggandeng para ahli teknologi. "Saya berharap dalam sidang ini bisa menghadirkan berbagai rumusan untuk mengatasi itu, salah satunya menggandeng masyarakat yang memiliki teknologi," ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan (Distan KP) Kota Bandung Elly Wasliah mengatakan memang angka kebutuhan beras cukup tinggi. Warga Bandung masih menjadikan beras menjadi makanan pokok sehari-hari.
"Kebutuhan beras masyarakat Kota Bandung masih cukup tinggi, dimana konsumsi berada dikisaran 96 kilogram per kapita per tahun," kata Elly
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut sebanyak 84,09 persen dipasok dari dalam dan luar Kota Bandung.
Baca juga:
9 Bencana Industri Paling Tragis di Cina
'Kunjungan Petinggi PKS ke Istana Balikkan Hubungan dengan Pemerintah'
Rizal Ramli Bahas Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya