Selasa 22 Dec 2015 22:58 WIB

Gili Trawangan Produksi 20 Ton Sampah Per Hari

Rep: M Fauzi Ridwan/ Red: Andi Nur Aminah
Para pelajar yang mengikuti kegiatan Winner CampĀ Letter Writing Competition kerjasama PT Pos dengan Republika melakukan kegiatan bersih pantai di Gili Trawangan, Sabtu (8/8).Republika/Edwin Dwi Putranto
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Para pelajar yang mengikuti kegiatan Winner CampĀ Letter Writing Competition kerjasama PT Pos dengan Republika melakukan kegiatan bersih pantai di Gili Trawangan, Sabtu (8/8).Republika/Edwin Dwi Putranto

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK UTARA -- Kepala Desa Gili Indah, Taufik mengakui produksi sampah yang dihasilkan masyarakat setempat dan pelaku jasa usaha di Gili Trawangan mencapai 20 ton per hari. Sementara, area penampungan sampah seluas 22 are yang berada di tengah-tengah Gili Trawangan sudah tidak mampu menampung. 

“Produksi sampah pada low session 12 ton per hari. Kalau high session 20 ton per hari. Sampah paling banyak di Gili Trawangan. takutnya juga sampah di Gili Air lamban laun akan jadi bom waktu dan membludak,” ujarnya kepada wartawan di Gili Tarawangan, Selasa (22/12).

Ia mengaku sudah mengusulkan kepada pemerintah provinsi agar disiapkan setengah hektar lahan untuk penampungan sementara menyiasati penampungan yang sudah membludak. Namun, sampai saat ini belum ada jawaban dari pemerintah. 

Selain itu, dengan luas Gili Trawangan yang mencapai 338 hektar, kapal pengangkut sampah dari Gili hanya mampu bisa menampung dua ton.

“Sampah yang ada dikelola oleh pemerintah desa dengan biaya Rp 50 ribu hingga Rp 1,5 juta. Tergantung dari jumlah volume sampah,” ungkapnya. 

Menurutnya, tidak hanya persoalan sampah yang ada di Gili namun terkait infrastruktur jalan yang masih belum bagus. Juga penerangan jalan masih dikeluhkan wisatawan dan lokasi yang dinilai rawan harus disertai dengan CCTV. 

Pengusaha Gili Trawangan, Safril Maruf Ali yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Gili Trawangan (APGT) mengatakan produksi sampah mencapai 18 ton per hari. Sehingga perlu dilakukan upaya penanganan dengan membeli alat pemecah botol dan mesin kompos. Namun baru terpenuhi 10 persen dari total sampah yang ada. 

“Masalah lainnya mengenai lahan, sampai saat ini belum ada jawaban pasti soal lahan. Kami sedang menunggu janji dari pemerintah untuk memberikan lahan tersebut,” ungkapnya. 

Dia menuturkan, upaya yang harus dilakukan untuk melakukan penanganan terhadap sampah di antaranya dengan pemberdayaan. Para pelaku usaha dan masyarakat harus teredukasi menyangkut penanganan sampah. “Biaya sampah itu unlimited oleh karena itu yang penting pemberdayaan. Kami butuh orang yang bisa memberdayakan kami,” katanya.

Menurutnya, pariwisata membutuhkan kebersihan dan keamanan. Namun, menyangkut kebersihan di Gili Trawangan relatif masih jauh karena terbentur dengan berbagai kendala. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement