Sabtu 19 Dec 2015 16:00 WIB

Perhatian Pemerintah bagi Penyandang Disabilitas Dianggap Belum Sesuai

Rep: C13/ Red: Winda Destiana Putri
 Penyandang disabilitas mengikuti acara
Foto: Antara/Agus Bebeng
Penyandang disabilitas mengikuti acara "Rally Tongkat dalam Rangka Hari Disabilitas Internasional 2015" yang diselenggarakan oleh Polrestabes Bandung bekerjasama dengan PSBN Wyata Guna Bandung, Jawa Barat, Selasa (8/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada umumnya, pemerintah memang sudah memberikan sedikit perhatiannya kepada para penyandang disabilitas di seluruh daerah Indonesia. Hanya saja perhatian ini masih belum sesuai dengan yang diharapkan.

"Sudah ada perhatian tapi masih belum sesuai dengan yang diharapkan," ujar Ketua Umum Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (Ketum PPDI), Ghufroni Sakaril dalam Acara Peringatan Hari Disabilitas Internasional di Gedung A Kantor Kemendikbud, Jakarta, Sabtu (19/12).

Pada akses pendidikan, hanya 10 hingga 11 persen anak disabilitas yang mampu mendapatkan pelayanan pendidikan. Menurut Ghufron, jumlah ini jelas sangat rendah dibandingkan anak norma lainnya. Sementara pada pekerjaan tidak sampai satu persen memperoleh pekerjaan laik.

Ghufron juga menerangkan, transportasi khusus disabilitas juga masih sulit ditemukan. Bahkan, gedung-gedung juga belum memberikan akses sesuai dengan orang-orang seperti dirinya. Hal-hal ini yang seharusnya negara bisa hadir dalam membantu para disabilitas.

"Kita ini warga negara Indonesia juga kan?" tegas lulusan terbaik Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) ini.

Seluruh masyarakat Indonesia diwajibkan membayar pajak yang kemudian masyarakat bisa mendapatkan manfaat dari pembayaran ini semisal fasilitas maupun sarana yang diberikan pemerintah. Menurut Ghufron, selama ini orang-orang sepertinya juga melakukan kewajiban tersebut. Hanya saja manfaat untuk para disabilitas belum mereka rasakan hingga saat ini.

Pada kesempatan sama, Ghufon juga berharap masyarakat bisa membuang stigma negatif terhadap para penyandang disabilitas. Masyarakat perlu tahu bahwa orang-orang sepertinya memiliki kemampuan yang sama, bahkan lebih besar dari manusia normal.  

"Kita lihat saja Beethoven yang dikenal sebagai maestro musik klasik dunia. Dia memiliki kehebatan luar biasa meski tuna rungu. Ada lagi Thomas Edison penemu lampu, dia memiliki kekurangan dalam kemampuan belajarnya," tegas dia.

Orang-orang seperti ini menurut dia, bisa lahir apabila diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Dalam hal ini termasuk bagi para disabilitas di negeri khatulistiwa ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement