REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Walikota Bogor Bima Arya mengatakan, pada 2016 mendatang pemerintah akan melakukan re-routing trayek angkot di Kota Bogor. Program re-routing tersebut yakni akan merampingkan sejumlah trayek angutan umum dengan membangun Bus Rapid Transit (BRT).
"Penertiban ini akan dilakukan secara bertahap, karena dari 8.000 angkot hanya menjangkau 40 persen wilayah Bogor dan kami ingin meningkatkan supaya bisa menjangkau 80 persen wilayah Kota Bogor dan sekitarnya," ujar Bima dalam acara Bogor Economic Summit di Jakarta, Rabu (16/12).
Bima menjelaskan, nantinya akan dibangun tujuh koridor yang sudah menjadi rencana induk dan mempersiapkan bus Trans Pakuan. Namun, pada 2016 mendatang pemerintah Kota Bogor akan fokus untuk membangun satu koridor percontohan dengan trayek Bogor-Bubulak. Selain itu, pemkot Bogor juga akan membuat badan hukum untuk angkutan umum. Menurut Bima, saat ini sebanyak 60 persen angkutan umum di Bogor sudah berbadan hukum.
"Ini menuju mekanisme pengaturan yang lebih profesional lagi untuk transportasi," kata Bima.
Dengan adanya sistem BRT tersebut, nantinya trayek angkutan umum di Kota Bogor akan berkurang. Dia mencontohkan, melalui sistem BRT dari tiga trayek angkutan umum akan diringkas menjadi satu bus. Ke depan, angkutan umum akan menjadi feeder di pinggiran Kota Bogor.
Bima mengatakan, untuk membangun tujuh koridor tersebut idealnya dibutuhkan 400 bus dan saat ini Kota Bogor baru memiliki 30 bus. Oleh karena itu, pemerintah Kota Bogor membuka peluang investasi di sistem pengelolan BRT dan pengadaan bus.
Menurut Bima, pembangunan BRT tidak akan menganggu dan mematikan pekerjaan supir angkutan umum. Justru sistem BRT ini dapat memberikan win-win solution bagi semua pihak, karena persaingan angkutan umum di Kota Bogor sangat berat dan para supir juga dibebani dengan setoran yang besar. Selain itu, nantinya para supir angkutan umum tersebut dapat bekerja dalam moda transportasi yang baru tersebut.
"Sebagai contoh tiga angkot bisa menjadi satu bis, jadi nanti tiga supir itu bekerja dalam tiga shift untuk satu bis," kata Bima. (Baca juga: Ada Dua Alternatif Bangun LRT Jabodetabek)