REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam rangka memperingatan Hari Ibu (PHI) ke-87, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kementerian PP dan PA) menggelar kegiatan Tatap Muka dengan Tokoh Perempuan Pejuang, Pimpinan Organisasi Perempuan, dan Perempuan Pelaku Sejarah di Wisma Antara, Jakarta, Senin (14/12).
Dalam kesempatan tersebut, Menteri PP dan PA, Yohana Yembise mengajak perempuan Indonesia untuk meneladani kisah inspiratif para pejuang perempuan di masa kemerdekaan.
"Saya harap kita semua dapat mengambil hikmah dari pengalaman para tokoh perempuan, dan saya harapkan momen ini jadi motivasi untuk terus mendukung upaya kita dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian kuat," kata Yohana dalam sambutannya yang dibacakan oleh Staf Ahli Menteri PP dan PA Bidang Hubungan Internasional, Luly Altruiswaty.
Yohana mengatakan, perempuan sangat berperan penting dalam pembangunan karena perempuan adalah pelaku sekaligus penerima pembangunan. Selain itu, kata dia, kiprah perempuan juga telah menjadi mitra sejajar kaum laki-laki dalam merebut kemerdekaan negara ini.
"Berkat kegigihan para pejuang perempuan, kita kini dapat merdeka dan bebas mengekspresikan setiap potensi kita tanpa harus dibeda-bedakan oleh jenis kelamin," ujarnya.
Menurutnya, tema kesetaraan perempuan dan laki-laki dalam mewujudkan lingkungan yang kondusif untuk perlindungan perempuan dan anak dalam acara tersebut relevan dengan tujuan dan cita-cita bersama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia menjadi lebih baik.
"Kesetaraan gender adalah sebuah keniscayaan bagi terwujudnya kesejahteraan rakyat Indonesia. Setiap kelompok masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai aspirasi, kebutuhan, kesulitan, dan pengalaman yang berbeda dalam mengakses dan berpartispasi dalam pembangunan," jelasnya.
Yohana menambahkan, selain isu gender, isu tentang anak dalam pembangunan juga merupakan hal yang tidak bisa dikesampingkan. Karena menurutnya, hingga saat ini masih ada kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang belum mengakomodir kebutuhan masyarakat yang sangat heterogen.
"Kita butuh pengintegrasian isu gender, termasuk juga isu anak dalam rencana pembangunan nasional sebagai investasi besar bagi masyarakat Indonesia," ucapnya.