REPUBLIKA.CO.ID, BULELENG -- Bendungan Titab Ularan, megaproyek yang dibangun sejak 2011-2014, akhirnya diresmikan dan mulai diisi air awal (impounding), Ahad (13/12) kemarin. Yang menarik, selain diresmikan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI, Basuki Hadimuljono; Menteri Koperasi dan UKM RI, AA Puspayoga, dan Bupati Buleleng, Agus Suradnyana, hadir juga di lokasi Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Bendungan yang menghabiskan anggaran APBN Rp 486 miliar itu dikerjakan PT Nindya Karya dan PT Brantas Abibraya. "Pengisian dilakukan hari ini dan biasanya baru penuh, 2-3 bulan ke depan. Air bendung berasal dari Sungai Saba," kata Direktur Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian PUPR, Mudjiadi didampingi Kepala Pusat Bendungan Imam Santoso.
Mudjiadi menjelaskan, Bendungan Titab ini dimaksudkan untuk mengatasi kekeringan dan penanggulangan banjir terutama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng. Bendungan Titab juga akan mengairi daerah irigasi Saba dan Puluran seluas 1.794,82 ha untuk meningkatkan intensitas tanam kawasan itu dari 169 persen menjadi 275 persen.
Langkah itu, untuk memenuhi kebutuhan air baku sebesar 350 liter per detik di tiga kecamatan yaitu Seririt, Banjar dan Busungbiu di Kabupaten Buleleng. Juga, menambah cadangan energi listrik sebesar 2 x 0,75 MW untuk Kecamatan Busungbiu serta sebagai daerah konservasi air dan pariwisata.
Kapasitas tampung Bendungan Titab sebesar 12 juta M3 dan menjadikan bendungan merupakan bendungan ke-6 dan terbesar di Provinsi Bali. Bendungan lain di Bali yakni Palasari, Grogak, Telaga Tunjung, Benel, dan Muara.
"Setelah waduk ini, direncanakan pembangunan dua waduk lagi di Bali yakni Bendungan Telaga Waja di Karangasem dan Waduk Sidan di Badung," ujar dia.
Sejalan dengan itu Kementerian PUPR ke depan akan terus berupaya untuk mempersiapkan lokasi yang cocok untuk dibangun infrastruktur bangunan air atau bendungan.
"Masalahnya tidak mudah menemukan lokasinya. Terlebih di Jawa. Karena untuk dibangun bendungan membutuhkan syarat tertentu seperti geografi (harus cekungan), tanahnya tidak rendah dan tidak banyak dihuni penduduk," kata dia.