Senin 14 Dec 2015 15:26 WIB

JK Sampaikan Duka Cita Atas Meninggalnya Suhardiman

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Bayu Hermawan
Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla memberikan sambutannya saat pembukaan Muktamar VI dan Milad ke-25 ICMI di Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (12/12).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla memberikan sambutannya saat pembukaan Muktamar VI dan Milad ke-25 ICMI di Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (12/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla menyampaikan rasa duka cita atas wafatnya salah satu pendiri Partai Golkar Suhardiman, pada Ahad (13/12) sekitar pukul 22.00 WIB. JK pun menyampaikan permintaan maaf karena tak sempat menghadiri pemakaman almarhum.

"Nggak sempat tadi. Saya baru pergi sudah berangkat. Jadi kirim bunga saja. Ya tentu saya berdukacita apalagi keluarga besar Golkar," kata JK di kantor Wakil Presiden, Jakarta, Senin (14/12).

Menurutnya, Suhardiman merupakan sosok yang sangat perhatian dan berjasa terhadap pengembangan Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) dan Partai Golkar. Bahkan, JK menyebut Suhardiman sebagai dukun politik lantaran selalu memberikan pemikiran serta pencerahan.

"Orangnya sangat memberi perhatian dan khususnya selalu memberikan pikiran-pikiran dan pencerahan sehingga sering disebut dukun politik," ujarnya.

Suhardiman meninggal dunia pada Ahad (13/12) sekitar pukul 22.00 WIB. Jenazah pendiri Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) itu disemayamkan di rumah duka di Jalan Kramat Batu Nomor 1, Cipete, Cilandak, Jakarta Selatan.

Suhardiman meninggal dalam usia 91 tahun. Selama masa hidupnya, Suhardiman turut mewarnai perjalanan politik Indonesia bersama Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI). Dalam perjalanannya, SOKSI kemudian menjadi salah satu ormas yang melahirkan Partai Golkar.

Atas berbagai pengabdiannya, Suhardiman dianugerahi penghargaan Bintang Mahaputra dan lebih dari 17 bintang penghargaan lainnya. Universitas Muhammadiyah Medan mengangkatnya sebagai guru besar. Masyarakat Simalungun memberinya marga Saragih saat dia menjabat anggota DPR mewakili Sumatera Utara hasil Pemilu 1982.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement