REPUBLIKA.CO.ID, SAMARINDA -- Pengurus Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Kalimantan Timur menyatakan kasus terungkapnya pengidap HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es, yakni hanya terlihat dari luar, padahal sebenarnya di dalamnya masih banyak belum terungkap.
"Mengapa fenomena ini terjadi, karena HIV/AIDS dianggap penyakit yang berbahaya dan mudah menular, masih banyak orang yang mengucilkan, dan anggapan lain yang salah, sehingga penderita merahasiakan penyakitnya," kata Sekretaris KPA Provinsi Kaltim Jurnanto di Samarinda, Kamis (10/12).
Akibat dari anggapan yang salah tersebut, lanjut dia, banyak penderita yang tidak mau terbuka dan tidak melapor kepada KPA, baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi, maupun pusat, karena merasa khawatir akan dikucilkan.
Padahal, jika mereka mau melaporkan, KPA justru akan melindungi dan mengajak bergaul karena penularan penyakit ini tidak mudah, tidak bisa menular meskipun makan sepiring berdua, minum segelas berdua, bahkan bekas gigitan orang yang mengidap HIV kemudian dimakan orang lain tidak bisa menular.
"Penularan HIV/AIDS terjadi apabila melakukan hubungan layaknya suami istri dengan penderita secara tidak aman, kemudian menggunakan jarum suntik bergantian yang biasanya dilakukan pemakai narkoba," katanya.
Hingga kini, lanjut dia, KPA Kaltim masih kesulitan mendata siapa saja yang telah tertular penyakit tersebut karena penderitanya memang tertutup.
Kondisi ini justru akan menyebabkan kerugian bagi penderitanya, karena tanpa disadarinya bisa saja menularkan kepada suami/istri, hingga pada anak yang disusuinya.
"Hingga November 2015, di Kaltim terungkap sebanyak 3.906 orang pengidap HIV, 980 orang di antaranya telah menjadi pengidap AIDS. Kami yakin masih banyak orang lain yang akan tercatat menderita penyakit ini jika penderitanya mau terbuka dan masyarakat tidak mengucilkan," tutur dia.
Selanjutnya, dalam upaya menemukan penderita HIV/AIDS, KPA Kaltim memiliki beberapa kader dari kelompok sebaya, baik melalui konseling remaja, pemuda, kaum gay, waria, dan lainnya.
Sedangkan upaya menekan penyebaran HIV/AIDS, dalam rangkaian peringatan Hari AIDS sedunia, maka pada 12 Desember 2015, KPA Kaltim melibatkan 4.000 remaja, pemuda, dan kaum sebaya untuk apel di Stadion Sempaja Samarinda.
Apel tersebut juga dirangkai dengan kampanye pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS. Sektor utama dalam kampenye ini adalah Kementerian Perhubungan, sehingga sampai ke daerah juga bekerjasama dengan Dinas Perhubungan.
"Apel dan kampanye ini untuk mencegah dan mengurangi penularan HIV, meningkatkan kualitas Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat HIV/AIDS pada individu, keluarga, dan masyarakat," kata Jurnanto.