Ahad 29 Nov 2015 10:04 WIB

'DBD Mewabah Saat Musim Hujan'

Rep: edy setiyoko/ Red: Damanhuri Zuhri
Nyamuk Aedes Aegypti penyebab DBD.
Foto: dinsos.jakarta.go.id
Nyamuk Aedes Aegypti penyebab DBD.

REPUBLIKA.CO.ID, KLATEN -- Memasuki musim hujan serangan DBD (Deman Berdarah Dengue) mulai mengancam. Sejak dini, Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Klaten, Jateng, memberi sinyal lampu kuning ihwal serangan penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes aegipty.

Berdasar data DKK Klaten, tercatat 53 dari 391 desa dinyatakan endemis DBD. ''Desa endemis DBD itu tersebar merata di 26 kecamatan di Klaten,'' kata Wahyuni Nugraheni, Kepala Seksi (Kasi) Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) DKK, Sabtu (28/11).

Data DKK Januari-Agustus ditemukan 482 kasus DBD. Dari banyaknya jumlah kasus itu, tercatat 21 orang korban meninggal dunia. ''Orang yang meninggal dunia akibat DBD tersebar di 21 kecamatan,'' tambah Wahyuni.

Menurut Wahyuni, temuan kasus DBD paling banyak ditemukan di Kecamatan Trucuk dengan jumlah 57 kasus, Klaten Utara 35 kasus, Juwiring 33 kasus, Ngawen 33 kasus, dan Wonosari 28 kasus. Jumlah kasus DBD tahun ini melebihi angka kasus 2014 pada bulan yang sama.

DKK Klaten pada 2014 menemukan 260 kasus DBD di Klaten. Sementara, jumlah korban yang meninggal dunia sembilan orang. Waktu itu, korban meninggal dunia paling banyak ditemukan di Kacamatan Klaten Utara, empat orang dan Juwiring tiga orang. 

Kasus DBD masih menjadi ancaman. Namun, menurut Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2L) DKK, Herry Martanta, kondisi cuaca susah diprediksi.

Memasuki musim hujan menjadi ancaman merebaknya nyamuk Aedes aegipty. Begitu hujan turun, nyamuk bisa berkembang di tempat penampungan atau genangan air. ''Makanya, kami harap warga jangan terlena,'' pintanya.

Ia berharap warga terus menggalakkan program pembersihan sarang nyamuk (PSN). PSN dimaksudkan guna membasmi jentik dalam bak penampungan yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk.

Serangan DBD juga mewabah di Kota Solo. Pejabat DKK mengungkap, memasuki pekan ke-44, sembilan warga dilaporkan meninggal dunia akibat keganasan nyamuk aedes aegipty. Angka kematian meningkat tajam dibanding 2014 lalu, tercatat empat kasus meninggal dunia.

Kepala Seksi (Kasi) Pengendalian Penyakit DKK Solo, Arif Dwi M, menuturkan, kecenderungan kasus DBD meningkat tajam pada tahun ini. Hingga pekan ke-44, jumlah kasus DBD tercatat 462 kasus. Dengan angka kematian akibat DBD sembilan kasus.

Tahun lalu, jumlah kasus DBD total hanya 256, dengan kematian empat kasus. Tapi, sekarang jumlahnya sudah naik dua kali lipat. Tak hanya jumlah kasus naik dua kali lipat, penyebaran kasus DBD pun semakin meluas.

Semula 2014, 16 kelurahan dinyatakan bebas DBD. Kini, tinggal delapan kelurahan. Delapan kelurahan meliputi Laweyan, Pasar Kliwon, Sangkrah, Ketelan, Kedunglumbu, Purwodingratan, Kepatihan Kulon, Kepatihan Wetan.

Peningkatan kasus DBD ini merupakan siklus lima tahunan. Menurut Arif, peningkatan kasus DBD tak hanya terjadi di Kota Solo. Namun, hampir merata di seluruh wilayah. Perubahan musim dinilai turut berpengaruh terhadap peningkatan jumlah kasus DBD tahun ini. Jumlah kasus DBD masih diperkirakan naik lagi karena musim pancaroba ini.

Kepala DKK Solo, Siti Wahyuningsih, sebelumnya meminta warga Solo mewaspadai penyebaran penyakit DBD. Selain DBD, pihaknya juga meminta warga mewaspadai penyakit leptospirosis, diare maupun Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement