Selasa 24 Nov 2015 12:39 WIB

MKD Merasa Diintervensi Pimpinan DPR

Rep: c14/ Red: Bilal Ramadhan
Junimart Girsang
Foto: Yogi Ardhi / Republika
Junimart Girsang

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pencatutan nama Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang diduga dilakukan Ketua DPR RI Setya Novanto masih diusut Majelis Kehormatan Dewan (MKD) DPR RI. Namun, menurut Wakil Ketua MKD Junimart Girsang, pihaknya merasa mulai diintervensi kepentingan politis.

Politikus PDIP itu mengakui, ada sejumlah pimpinan DPR RI yang terkesan mencampuri MKD dalam menjalankan tugasnya. Salah satunya, Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah yang mengomentari keabsahan pengaduan Menteri ESDM tersebut ke MKD melalui media massa.

"Yang di MKD itu bukan Fahri. Yang di MKD itu kami. Jangan mengintervensi kami. Kalau pimpinan sudah berkomentar soal pengaduan, ini sudah nggak beres. Jadi janganlah para pimpinan ini berkomentar. Itu kan conflict of interest," ucap Junimart Girsang di gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (24/11).

Junimart lantas mencontohkan bentuk intervensi pimpinan DPR dalam kasus Setya Novanto yang lalu, pertemuan mirip kampanye Donald Trump di Amerika Serikat (AS). Kasus pertemuan Setya Novanto-Trump itu pun berakhir pada sanksi teguran alias pelanggaran ringan.

Bagi Junimart, pimpinan DPR RI harus bersikap netral, meskipun yang menjadi terlapor ialah ketua DPR RI sendiri. "Dulu kasus Donald Trump, misalnya. Kami mau panggil Sekjen. Harus ada izin dari pimpinan. Lho, yang mau kita (usut) pimpinan kok," kata dia.

Di dalam internal MKD sendiri, Junimart menyayangkan adanya tarik-menarik kepentingan politis. Dari ke-18 jajaran MKD, dia melihat ada sejumlah anggota yang membawa kepentingan politis koalisinya dalam menyikapi pengaduan Menteri ESDM itu.

Junimart menuturkan, ada sejumlah anggota MKD yang aktif bersuara untuk mengerdilkan pokok perkara hanya pada soal legal standing pelapor. Padahal, sebuah perkara dugaan pelanggaran kode etik bisa saja terus ditindaklanjuti MKD tanpa adanya aduan. Apalagi, bila perkara itu menuai kontroversi publik.

"Biar teman-teman tahu bagaimana situasi di dalam. Bagaimana seseorang bicara tidak relevan tapi bicara terus. Kan marah kita kalau begini. Kalau sidang-sidang MKD, jarang datang. Sidang begini, rajin datang. Apa ini?" tukas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement