Rabu 18 Nov 2015 17:46 WIB

Belasan Perlintasan Kereta Api di Tangerang Rawan Kecelakaan

Rep: c36/ Red: Karta Raharja Ucu
Palang Pintu Kereta Api (Ilustrasi)
Palang Pintu Kereta Api (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Sebelas perlintasan kereta api di Kota Tangerang, rawan kecelakaan. Kesebelas titik perlintasan itu berada di sepanjang jalur kereta api antara Stasiun Tanah Tinggi hingga Stasiun Poris, Kota Tangerang.

Saat Republika.co.id menyambangi sebelas perlintasan, Rabu (18/11), mayoritas perlintasan keretap api berada di dekat permukiman warga. Sebagian besar perlintasan tidak memiliki palang pintu resmi maupun rambu-rambu standar perlintasan kereta api.

Perlintasan tersebut hanya diamankan potongan pohon bambu yang dicat merah putih dan hitam putih seperti palang pintu perlintasan kereta api resmi. Bahkan di dua titik, yakni Gang Melati dan Gang Haji Nadi, tidak ada satu pun palang bambu yang mengamankan perlintasan.

Penjaga perlintasan kereta api di Gang Melati, Ahmad Bukhori, 26, mengatakan jika ada kereta yang lewat dia dan satu kawannya yang berjaga di kedua sisi tepi rel kereta api. "Gang ini kan jalan aktif yang dilewati banyak kendaraan roda dua dan roda empat. Warga dari permukiman atau yang datang dari arah Jl Benteng  Betawi lewat sini setiap hari," ujar Ahmad ketika dijumpai Republika.co.id, Rabu.

Dua pekan lalu, lanjutnya, masih ada dua palang pintu dari bambu di daerah itu. Akibat ada tawuran warga pekan lalu, palang tersebut rusak.

Menurut Ahmad, dalam sehari ada tiga sesi menjaga perlintasan kereta api di Gang Melati. Dalam satu sesi, harus ada dua penjaga yang bersiaga. Keduanya yang mengawasi dan memberitahukan pengendara atau warga jika kereta api akan lewat.

Adapun tiga sesi, tutur Ahmad, dimulai sejak pukul 05.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB (sesi pertama), pukul 11.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB (sesi kedua) dan pukul 20.00 WIB sampai pukul 01.00 WIB.

"Untuk menghindari kecelakaan, kami akan membuat palang pintu swadaya menggunakan bambu atau kayu. Kalau kendaraan masih bisa dihalau lewat penjaga, untuk anak-anak atau warga lain kadang lupa jika kawasan ini berbahaya," tutur Ahmad.

Ditemui terpisah, warga yang tinggal di Gang Kikil, Kampung Gambiran, Tangerang, Sumarna (51 tahun), ingin perlintasan kereta api di dekat rumahnya ditutup. Jika tidak ditutup, ia berharap PT KAI membuatkan jalan alternatif untuk warga melintasi rel kereta.

"Sudah sekitar 13 tahun perlintasan ini tanpa palang pintu resmi. Dalam lima tahun terakhir ada dua kecelakaan yang terjadi. Kecelakaan terakhir menyebabkan dua pengendara mobil meninggal di tempat," tutur Sumarna.

Saat ini, perlintasan kereta api di Gang Kikil hanya diamankan seorang penjaga dan dua palang pintu dari bambu. Saat kereta lewat, penjaga bersiaga sambil menurunkan kedua palang tersebut.

Meski sudah dijaga dan diamankan menggunakan palang swadaya warga, Sumarna menilai di titik tersebut masih rawan terjadi kecelakaan. Selain banyak dilintasi mobil, kawasan itu sering digunakan tempat berkumpul warga di sore hari.

"Kereta commuterline kan lewat 30 menit sekali. Pagi dan sore kawasan ini dilewati pekerja dan pelajar juga," ucap dia. Adapun kesebelas titik perlintasan berada di jalur kereta api commuterline jurusan Duri-Tangerang. Kesebelas perlintasan berada di Kota Tangerang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement