REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pakar Sejarah Prof Gusti Asnan menilai bahwa masyarakat Padang, Sumatera Barat (Sumbar) perlu mengenal bangunan atau situs sejarah yang ada pada kotanya sebagai langkah membangun identitas kota tersebut .
"Saat ini banyak warga tidak bisa menilai penting atau tidaknya suatu situs sejarah di kotanya, akibatnya tahap pembangunan tidak mencerminkan identitas asalnya," katanya, di Padang, Senin (16/11).
Menurutnya suatu daerah berkembang pesat karena pembangunannya berdasarkan sejarah asalnya. Sebagai contoh kota besar semisal Tokyo, Seoul atau Roma meski merupakan daerah maju namun beragam situs sejarah masih terpatri di sekelilingnya.
Hal ini menandakan bahwa masyarakatnya berkembang berdasarkan sejarah asal muasal. "Masyarakat Padang dan beberapa daerah lain di Indonesia mengenal situs sejarah tersebut namun tidak mengetahui dengan jelas informasi dan maknanya," imbuhnya
Sebagai contoh beberapa situs sejarah di Padang seperti monumen Padang Area, Tugu Simpang Tinju, Monumen Harimau Kuranji, dan Tugu Linggar jati tentunya sudah dikenal oleh warga masyarakat Padang.
Sebab, lokasi situs sejarah tersebut terletak pada daerah strategis dan dekat dengan pemukiman warga. Namun sebagian besar tidak mengetahui arti dan asal usul munculnya situs sejarah tersebut, imbuhnya.
Akibatnya beberapa diantaranya terlihat kotor, rusak dan ditumbuhi tanaman liar, katanya. "Mengenal sejarah dan situsnya penting bagi warga untuk membangun tahap demi tahap identitas kota," kata dia.
Misalnya Monumen Padang Area di daerah Simpang Haru yang saat ini telah mengalami pemugaran namun kembali tak terawat akibat tidak adanya sistem keamanan.
Seharusnya kata dia monumen tersebut menjadi salah satu identitas dari kota Padang sebagai ibukota Minangkabau. "Monumen Padang Area atau Tali Tigo Sapilin melambangkan perjuangan pahlawan dahulu dalam menjunjung tinggi asal usul dan budayanya," ujar Gusti.