REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Willem Rampangilei mengatakan, metode 'paku bumi' yang dilakukan tenaga ahli asal Afrika Selatan terbilang paling efektif sejauh ini untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
Willem yang diwawancara setelah memantau langsung upaya pemadaman kebakaran di Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan, Selasa (10/11), mengatakan metode tersebut telah berhasil menekan secara drastis titik api di kawasan konsensi Air Sugihan.
"Saya cukup terkesan, setelah melihat langsung cara tenaga ahli asal Afrika Selatan memadamkan api dengan metode yang disebut paku bumi sama tenaga kerja Indonesia di sana, ke depan model ini akan diadopsi," katanya di Palembang, Selasa (10/11).
Pensiunan bintang dua TNI AL tersebut menjelaskan, metode ini dilakukan 65 tenaga ahli asal Afrika Selatan yang didatangkan APP Sinar Mas sejak Jumat (6/11). Mereka berasal dari perusahaan profesional Working on Fire yang berpengalaman menangani kebakaran dalam cuaca ekstrem di hutan Afrika.
Dalam metode itu, tenaga ahli menggunakan pipa sepanjang 1,5 meter dengan diameter sekitar 15 cm yang mengalirkan air ke dalam tanah. Air tersebut sudah dicampur dengan cairan kimia sehingga sangat efektif memadamkan bara api di lahan gambut.
Awalnya, tenaga ahli ini memilih lokasi yang akan diinjeksi menggunakan kamera geothermal untuk mendapatkan data kondisi suhu.
"Dari lokasi yang akan dipilih ini, rata-rata bersuhu 120 derajat hingga 240 derajat, kemudian dipilih lokasi bersuhu 180 derajat untuk persentase. Kemudian, pipa dimasukkan ke tanah, lalu dimasukkan air, tak berapa lama bunyi keluar dari tanah tanda uap air muncul. Lalu setelah dicek, benar, suhu sudah turun menjadi 50 derajat, artinya kebakaran di bawah tanah sudah padam," kata Willem.
Menurut Willem, metode itu sangat efektif untuk penanggulangan kebakaran hutan dan lahan kategori masif dan sudah menyebar karena langsung menuju ke titik api. Alat pipa injeksi bisa mengatasi untuk areal terbakar seluas 100x25 meter dengan waktu pemadaman total selama enam jam.
Tapi, untuk mengatasi kebakaran yang baru terjadi, menurutnya yang paling efektif adalah penyemprotan langsung oleh personel darat dan bantuan armada udara.
"Ke depan, Indonesia akan mengadopsi metode tenaga ahli Afsel ini karena tidak memerlukan teknologi tinggi. Ini akan digunakan di seluruh daerah, untuk saat ini Sinar Mas sendiri sudah memperbanyak hingga 200 buah," kata Willem.