Senin 09 Nov 2015 20:52 WIB

Kata Sejarawan Soal Surabaya Kota Perjuangan

Rep: Andi Nurroni/ Red: Ilham
Maskot Kota Surabaya, Suro dan Boyo (ikan hiu dan buaya)
Maskot Kota Surabaya, Suro dan Boyo (ikan hiu dan buaya)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Surabaya merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang diberi julukan Kota Pahlawan. Sebutan itu disematkan pada Ibu Kota Provinsi Jawa Timur tersebut karena sumbangsih penting warga Surabaya dalam perang merebut Kemerdekaan Indonesia.  

Salah satu sejarah penting perjuangan rakyat Surabaya meletus pada 10 November 1945. Ketika itu, warga Surabaya bertempur habis-habisan mengusir pasukan Inggris. Mereka tak rela, kedaulatan Indonesia yang baru merdeka seumur jagung dirong-rong kembali oleh bangsa asing.

Sejarawan Roesdhy Hoesin berpendapat, perlawanan rakyat Surabaya tidak terjadi begitu saja, melainkan dipicu oleh karakter keras dan pantang menyerah. Itulah kenapa, kata Roesdhy, sampai sekarang anak-anak muda Surabaya dikenal dengan sebutan bonek alias bondho nekat.

“Perlawanan rakyat Surabaya merupakan konsep kebangkitan rakyat perkotaan, dijalin dari persatuan warga lorong-lorong kampung, buruh, petani, kaum Islamis, serta berbagai etnis ada,” kata Roesdhy kepada Republika.co.id seusai mengisi diskusi Hari Pahlawan di Surabaya, Selasa (9/11).

Ia mencontohkan, ketika peperangan November 1945 di Surabya, tidak hanya orang Jawa yang angkat senjata. Para pemuda dari Maluku juga membentuk perkumpulan bernama Pemuda Republik Indonesia Maluku (PRIM) dan turut memikul senjata melawan tentara Sekutu.

Meski berbeda-beda dan berwatak keras, warga Surabaya memiliki karakter loyal terhadap pemimpin. Menurut Roesdhy, itulah yang menjadi alasan solidnya barisan arek-arek Surabaya di bawah komando Bung Tomo. Persatuan dan kegigihan warga Surabaya dalam perang kemerdekaan harus diwariskan kepada generasi muda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement