Senin 09 Nov 2015 15:08 WIB

Yogyakarta Bentuk Satgas Khusus Buta Aksara

Rep: Yulianingsih/ Red: Andi Nur Aminah
Kraton Yogyakarta, salah satu ikon DI Yogyakarta
Kraton Yogyakarta, salah satu ikon DI Yogyakarta

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan pendidikan termasuk pendidikan keaksaraan memiliki spektrum yang luas. Salah satunya dia mengatakan, menyangkut peningkatan kesejahteraan masyarakat sendiri.

Dalam sambutannya yang dibacakan Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Pemda DIY, Sulistyo mengatakan, salah satu spektrum yang berkaitan dengan masalah keaksaraan adalah menyangkut peningkatan kesejahteraan masyarakat sendiri. "Tanpa keterampilan menyangkut keaksaraan, seseorang akan terus tertinggal. Akan terus terkungkung pada kebodohan, keterbelakangan, dan kemiskinan," ujarnya, Senin (9/11).  (Baca Juga: Masih 5,97 juta Penduduk Indonesia Buta Aksara)

Karena itu, keaksaraan ini harus menjadi perhatian besar karena angka buta aksara akan mempengaruhi indeks kualitas pembangunan manusia.

Terkait penanganan buta aksara ini Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dikpora) DIY telah membentuk satuan tugas (satgas) khusus buta aksara. Satgas ini juga dibentuk di tingkat kabupaten/kota di DIY. Satgas tersebut dikukuhkan secara resmi dalam peringatan Hari Aksara Internasional.

"Di kabupaten/kota, satgas ini akan dijabarkan hingga tingkat kelurahan," ujar Kepala Dikpora DIY, Kadarmanto Baskoro Aji.

Selain itu pihaknya juga membentuk paguyuban tutor untuk pendidikan berkelanjutan terkait keaksaraan tersebut. Melalui satgas ini DIY mentargetkan hingga 2017 mendatang sudah bebas buta aksara hingga 95 persen.

Menurutnya angka buta aksara di DIY pada tahun ini paling tinggi di Kabupaten Gunungkidul sebesar 39 persen. Disusul Kabupaten Bantul sebesar 29 persen. Kabupaten Sleman berada di peringkat ketiga dengan angka 20 persen, dan Kabupaten Kulonprogo di posisi keempat sebesar sembilan  persen. Angka buta aksara terendah ada di Kota Yogya sebesar tiga persen.

Sedangkan dari hasil verifikasi buta aksara usia 15 hingag 59 tahun per 3 November 2015, didapatkan data sebanyak 29.064 warga DIY masih mengalami buta aksara. Jumlah ini sudah turun cukup banyak dibandingkan tahun 2014 lalu sebanyak 47.776 orang.

 

"Tahun 2014 lalu, angka buta aksara sektiar 7,14 persen dari total penduduk usia 15 hingga 59 tahun. Tahun ini angka tersebut terus turun melalui program percepatan pengentasan buta aksara," ujarnya.n

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement