Kamis 05 Nov 2015 00:11 WIB

Tiga Tahun Terakhir Tren Pemakai KB Meningkat

Rep: c05/ Red: Teguh Firmansyah
Seorang ibu memperlihat kartu peserta Keluarga Berencana (KB) pada Bhakti TNI-KB di Kesehatan Terpadu Markas Yon Keveleri 10 Serbu, Makassar, Sulsel, Rabu (16/5). Pelayanan pemasangan alat kontrasepsi jenis implant gratis merupakan program pemerintah menek
Foto: Antara
Seorang ibu memperlihat kartu peserta Keluarga Berencana (KB) pada Bhakti TNI-KB di Kesehatan Terpadu Markas Yon Keveleri 10 Serbu, Makassar, Sulsel, Rabu (16/5). Pelayanan pemasangan alat kontrasepsi jenis implant gratis merupakan program pemerintah menek

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Capaian program keluarga berencana nasional Indonesia dinilai telah mengalami perkembangan signifikan. Ini berdasar temuan  survei  Performance Monitoring and Accountability 2020 (PMA 2020).

Direktur PMA 2020 Scot Radlof memperkirakan ada pertambahan sekitar 2 juta wanita Indonesia untuk menggunakan kontrasepsi modern. Waktunya terjadi dalam kurun tiga tahun terakhir sejak 2012. "Detailnya ada peningkatan dari 58 persen menjadi 60 persen," ujarnya dalam acara diskusi di Jakarta, Rabu (4/11).

Dia menyebut pertambahan angka terbesar berasal dari metode kontrasepsi jangka panjang, yakni seperti Implan dan IUD. Pertambahan ini telah meningkatkan persentase metode kontrasepsi jangka panjang dari 18 persen menjadi 22 persen.

Peningkatan pengguna kontrasepsi juga terjadi di pedesaan, yakni dari angka 58,7 persen menjadi 61,6 persen. "Justru angka peningkatan di kota hanya naik 0,5 persen. Yakni meningkat dari 57 persen menjadi 57,5 persen," kata dia.

PMA 2020 merupakan proyek multi negara yang dilaksanakan oleh Bill & Melinda Gates Institute, The John Hopkins Bloomberg School of Public Health. Tujuannya untuk mendukung program keluarga berencana di berbagai negara yang menyasar 120 juta wanita di dunia.

Negara yang menjadi obyek survei berjumlah 11 negara. Mencakup beberapa negara di Asia dan Afrika. Indonesia menjadi yang pertama disurvei di antara negara lainnya. Proyek survei ini menghabiskan anggaran kurang lebih 4,5 juta dollar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement