Kamis 22 Feb 2024 15:02 WIB

Kepala BKKBN Ingatkan Kembali Pentingnya KB

KB juga diyakini mampu mencegah stunting.

Ketua BKKBN, Hasto Wardoyo saat berbicara dalam kegiatan Pertemuan Nasional Tim Kerja Bidang KBKR dalam rangka Penyelarasan Program dan Kegiatan KBKR, Rabu (21/02/2024).
Foto: istimewa/doc humas
Ketua BKKBN, Hasto Wardoyo saat berbicara dalam kegiatan Pertemuan Nasional Tim Kerja Bidang KBKR dalam rangka Penyelarasan Program dan Kegiatan KBKR, Rabu (21/02/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, mengingatkan kembali pentingnya Keluarga Berencana (KB). Sejauh ini sejumlah program BKKBN menunjukkan kinerja yang cukup baik.

Hasto mengatakan, KB  bukan semata-mata alat kontrasepsi. KB memiliki banyak program, seperti bagaimana persiapan nikah, bagaimana saat hamil, bagaimana mengatur jarak kehamilan, bagaimana membangun keluarga. "Selain itu, KB juga mampu mencegah stunting," kata Hasto, dalam siaran pers, Kamis (22/2/2024).

Hal ini disampaikan Hasto, saat Pertemuan Nasional Tim Kerja Bidang KBKR dalam rangka Penyelarasan Program dan Kegiatan KBKR, Rabu (21/02/2024). Kegiatan ini mengambil tema: “Wujudkan Akselerasi Pencapaian Indikator Program Bangga Kencana Dalam Rangka Memenuhi Target RPJMN 2020-2024”. 

Pelayanan KB dengan memanfaatkan momentum ternyata meningkatkan kepesertaan KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) sekitar 10,05%. Metode KB MKJP, menurut Hasto, kegagalannya lebih rendah. Sedangkan metode alami dan metode jangka pendek tingkat kegagalannya tinggi. Misalnya penggunaan kondom yang lebih gampang bocor atau minum pil KB.

Mengenai capaian BKKBN di 2023, kata Hasto, menunjukan hasil kinerja cukup baik. Hal ini terlihat dari realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) BKKBN  2022 dibandingkan 2023. 

Capaian itu di antaranya penurunan unmet need KB dari 14,7% pada 2022 menjadi 11,5% di  2023. Peningkatan mCPR dari 59,4% menjadi 60,4%. 

Berikutnya, peningkatan PA MKJP dari 22,2% menjadi 23,6%; penurunan angka putus pakai pemakaiaan kontrasepsi dari 21,6% menjadi 20,3%; serta penurunan ASFR 15-19 tahun dari 22,8 kelahiran menjadi 19,7 kelahiran.

Hasto juga menyinggung tentang pentingnya pendidikan seks di usia dini. Menurutnya, pendidikan seks di usia dini kerap dinilai tabu dibicarakan orangtua kepada anak sebelum mereka dewasa. Padahal, pengenalan seksualitas pada anak diawali dengan mengenalkan organ reproduksi, bukan sekedar hubungan antara pria dan wanita. 

Hasto menyebut, pendidikan seks yang diberikan di usia dini anak  dapat mencegah terjadinya kanker mulut rahim, kanker payudara, dan sebagainya. "Ini karena bisa dicegah diawal ketika kita mengetahui bagaimana cara menjaga kesehatan reproduksi," tambah dokter Hasto.

Menurut dokter Hasto, sering masyarakat keliru akan pengertian bahwa pendidikan reproduksi dan seksualitas bagi calon pengantin hanya tentang pendidikan cara berhubungan seksual. 

Plt. Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR), BKKBN, Sukaryo Teguh Santoso, mengingatkan bahwa tugas dan fungsi Bidang KBKR di tingkat pusat tidak hanya merumuskan kebijakan, tetapi juga melaksanakan kebijakan bersama-sama dengan provinsi dan kabupaten/kota.

Dengan demikian, kebijakan yang dituangkan dalam bentuk Norma, Standar, Prosedur, Dan Kriteria (NSPK) harus mampu menjadi solusi bagi para pengelola program di daerah.

Diingatkan pula,  pembinaan, bimbingan teknis dan fasilitasi harus terus dilakukan pusat dan provinsi dalam rangka meningkatkan kinerja utama Bidang KBKR. Terutama Modern Contraceptive Prevalence Rate (mCPR), unmet need, dan Peserta Aktif Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (PA MKJP). 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement