Rabu 28 Oct 2015 17:07 WIB

Kapal Angkut 25 Ton Limbah Nuklir Menuju Indonesia, Ini Antisipasi Bakamla

Sistem pemantauan kapal milik Bakamla.
Foto:
Kolonel Marinir Arief Meidyanto.

Kepala Kantor Pengelolaan Informasi Marabahaya Laut Bakamla Kolonel Marinir Arief Meidyanto menjelaskan, pihaknya memonitor pergerakan kapal MV Island Trader untuk memastikan perjalanannya terpantau. Hal itu agar rute yang dilewati kapal itu tidak singgah ke Selat Malaya dulu, sebelum ke Australia.

Kalau sampai melewati rute perairan Indonesia, ia memprediksi, bisa saja kapal itu secara diam-diam membuang limbah nuklir. Karena Bakamla tidak bisa melarang setiap kapal lewat perairan Indonesia, kata dia, pihaknya hanya bisa melakukan antisipasi sejak dini agar kapal itu bisa langsung ke negera tujuan. "Sehingga diharapkan tidak melakukan pembuangan limbah di wilayah perairan Indonesia," kata Arief.

Dia melanjutkan, pemantauan dilakukan juga dengan alasan agar muatan limbah nuklir seberat 25 ton tidak berubah saat sampai di Australia selatan, yang menjadi tujuan akhir. "Kami mewaspadai adanya kebocoran ataupun kesengajaan limbah nuklir dibuang di laut Indonesia."

Arief mengatakan, Bakamla bertugas sesuai UU Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan. Di Pasal 3(b), Bakamla menyelenggarakan sistem peringatan dini keamanan dan keselamatan di wilayah yuridiksi Indonesia. "Kami punya peralatan canggih di 14 stasiun pemantauan di seluruh Indonesia. Kita harap kapal asing itu tidak membuang limbah saat melintas di laut Indonesia," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement